Friday 21 October 2016

Kedudukan dan Manfaat Ijtihad

Kedudukan dan Manfaat Ijtihad
Ijtihad dalam penetapan hukum Islam merupakan suatu kewajiban orang-orang yang telah memenuhi syarat, sehingga kekedudukan ijtihad dalam hukum Isalam ditempatkan setelah al-Qur’an dan hadits. Kedudukan ini tergambar dalam suatu peristiwa dialog antara Rasulullah dan Muadz bin Jabal ketika akan menjadi Qadhi (hakim).
Rasul bertanya kepada Muadz,     :     “Dengan apa kamu akan                                             memutuskan perkara”,
Muadz menjawab                  :     “Dengan al-Qur’an”
Rasul bertanya lagi ,”Kalau tidak dalam al-Qur’an”
Muadz menjawab                  :     Dengan sunahmu”
Rasul bertanya                     :     “Kalau tidak ada dalam                                             sunahku”
Muadz menjawab                   :     “Dengan Ra’yu”
Rasul berkata                      :      “Shadaqta (kamu benar)
(Yang dimaksud dengan ra’yu (pikiran) oleh Muiazd adalah dengan berijtihad)
Melakukan ijtihad di era seperti sekarang ini adalah suatu keharusan mengingat jaman dari waktu ke waktu terus berkembang sehingga ada sesuatu peristiwa yang memerlukan keputusan hukum sementara tidak ada ayat atau hadits yang menunjuk kepada kasus tersebut. Karena begitu pentingnya masalah ini, rasulullah memberikan jaminan bagi orang yang berijtihad atas sesuatu seperti tergambar dalam hadits berikut :


Arab-21



Artinya :
“Jika seorang hakim menghukum lalu ia berijtihad kemudian ijtihadnya itu benar, maka ia mendapatkan dua pahala. Apabila ia menghukum dan berijtihad dan ternyata ijtihadnya salah maka mendapat satu pahala”.
(HR.  Bukhari dan Muslim).

Berijtihad bukannya melahirkan hukum yang baru melainkan memberikan suatu ketetatapan hukum atas sesuatu yang didasarkan atas petunjuk-petunjuk atas nash yang ada atau berdasarkan semangat al-Qur’an dan hadits. Sebab dalam prakteknya berijtihad tidak boleh melahirkan sutu ketetapan hukum yang bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits.
Berijtihad mengandung ma’na  mencuruhkan segala kemampuan untuk melahirkan hukum syara yang berdasarkan syara pula. Untuk menjadi seorang mujtahid bukanlah hal yang mudah melainkan memerlukan keuletan dan kesungguhan. Oleh karena itu Islam mengajarkan agar umatnya bersikap ulet, kritis dan kreatif mencermati perkenmbangan jaman
Adanya dalam Islam menunjukkan bahwa Islam bukan agama yang jumud, melainkan Islam merupakan agama universal yang mampu menjawab tantangan jaman dari waktu ke waktu.
Dengan adanya ijtihad dapat memberikan kepastian hukum kepada kaum muslimin atas sesuatu dan menghilangkan keraguan sehingga timbul suatu ketenangan dalam beribadah.

No comments:

Post a Comment