Saturday 27 August 2016

SIFAT-SIFAT WAJIB BAGI ALLAH

Sifat-sifat Wajib bagi Allah
Pernahkah kalian memperhatikan alam sekitar tempat kalian tinggal, indah bukan? Setiap hari disinari matahari, setiap saat kita memerlukan air yang menyejukkan untuk mandi dan minum, gunung yang indah dan menghijau, serta lautan yang luas. Apalagi apabila kita perhatikan pada malam hari yang sangat cerah terlihat bintang gemerlapan ditambah bulan ikut tersenyum. Semua keajaiban alam ini tidaklah terjadi dengan sendirinya. Tentunya ada yang menciptakan yang maha perkasa dan maha segalanya, Dialah Allah dzat yang tunggal tiada Tuhan melainkan Dia.
Kita merupakan makhluk yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya. Oleh sebab itu, kita wajib mengimani adanya Allah dengan segala kesempurnaannya itu. Dalam sub modul kali ini kita akan mengenal dan memahami sifat-sifat wajib bagi Allah.
Sifat wajib Allah artinya sifat yang pasti dimiliki oleh Allah. Sifat wajib bagi Allah ada 13 ditambah 7 sifat lainnya sebagai pengulangan saja. Jadi, seluruhnya ada 20 sifat. Sifat-sifat wajib Allah tersebut di antaranya sebagai berikut.
Berikut ini uraian sifat-sifat wajib bagi Allah.
1.    Wujud 
Wujud artinya ada, maksudnya adalah Allah SWT itu memang ada. Sebagai buktinya kita bisa melihat adanya alam semesta. Tidak mungkin alam ini terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya. Alam dan isinya ini ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Tidak ada yang mampu menciptakannya kecuali Allah SWT. Itulah salah satu bukti bahwa Allah itu ada. Firman Allah:

Artinya:
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah : 163)
2.    Qidam
Qidam artinya dahulu. Maksudnya bahwa Allah SWT, lebih dahulu ada sebelum makhluk yang diciptakan-Nya. Tidak ada satu makhlukpun yang mendahului-Nya.
Firman Allah:

Artinya:
Dialah yang awal dan dia pula yang akhir, yang tampak dan tidak tampak. (Al-Hadid : 3)
3.    Baqa
Baqa artinya kekal. Allah SWT tidak akan pernah hancur atau mati meskipun alam semesta ini hancur menjadi debu. Firman Allah:

Artinya:
“Semua yang ada di bumi akan rusak binasa, dan yang akan tetap adalah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman 26-27)
4.    Mukhalafatu lilhawadisi
Mukhalafatu lilhawadisi artinya berbeda dengan makhluk-Nya, Allah tidak sama dengan sesuatu apapun. Firman Allah:

Artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (Asy-Syura : 11)
5.    Qiyamuhu binafsi
Qiyamuhu binafsi ini berarti berdiri  dengan sendirinya. Hal ini sesuiai dengan firman Allah swt. dalam surat Al Iklas ayat 3. 

Artinya:
“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan.”(Al-Ikhlash : 3)
6.    Wahdaniat
Wahdaniat artinya esa atau tunggal. Hal ini sesuai dengan bunyi surat Al- Ikhlas ayat 1.

Artinya: “Katakalah, Dialah Allah Yang Maha Esa.” (Al-Ikhlas : 1)
7.    Qudrat
Qudrat secara bahasa artinya berkuasa. Berkuasanya Allah meliputi segala sesuatu yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Kekuasaan Allah SWT berbeda dengan kekuasaan yang dimiliki oleh makhluk-Nya (manusia). Kekuasaan Allah tidak terbatas sedangkan kekuasaan pada makhluk-Nya terbatas.

Artinya:
“Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah : 20)
8.    Iradat
Iradat secara bahasa berarti berkehendak. Berkehendaknya Allah meliputi segala sesuatu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Allah berkendak kepada diri-Nya juga kepada makhluk-Nya. Kehendak Allah tidak ada yang dapat mengaturnya.
Contoh: Allah berkuasa dan berkehendak menciptakan alam semesta dengan segala isinya berikut dengan tata aturannya yang begitu rapi, seperti perputaran tata surya dan timbulnya siang dan malam.

Artinya:
“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia (Allah)  menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya “Jadilah” maka terjadilah dia (Yasin : 82)
9.    Ilmu
Ilmu secara bahasa berarti mengetahui. Dengan sifat-Nya Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu di langit maupun di bumi. Allah mengetahui jumlah manusia yang hidup di bumi, Allah mengetahui jumlah jin yang ada di alam gaib bahkan Allah mengetahui gerak hati manusia.
Firman Allah SWT:

    Artinya:   
“Dan Dia mengetahui atas segala sesuatu.” (Al-Hadid : 3)
10.    Hayat
Hayat secara bahasa berarti hidup Allah tidak ada awal dan akhirnya. Berbeda dengan hidup yang dimiliki oleh makhluk-Nya. Umur manusia misalnya rata-rata antara 60 sampai 100 tahun sedangkan Allah tetap hidup walaupun seluruh alam ini telah hancur.
Firman Allah SWT:

Artinya:
“Allah, tidak ada Tuhan kecuali Dia, yang hidup lagi berdiri sendiri.” (Al-Baqarah : 255)
11.    Sama’
Sama’ secara bahasa berarti mendengar. Mendengarnya Allah berbeda dengan pendengaran yang dimiliki oleh manusia atau makhluk lainnya. Allah Maha Mendengar baik suara yang paling keras di alam ini maupun yang paling lembut. Misalnya, Allah mendengar doa manusia baik yang dikeraskan maupun di dalam hati.

Artinya:
“Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” (Al-Maidah : 76)
12.    Bashar
Bashar secara bahasa berarti melihat. Melihatnya Allah berbeda dengan cara melihat manusia atau makhluk lainnya. Penglihatan manusia dibatasi oleh hal-hal yang menghalanginya. Contoh, kita tidak bisa melihat orang yang ada di rumah ketika kita berada di luar rumah karena tembok rumah menghalangi pandangan kita. Penglihatan Allah tidak dibatasi seperti terbatasnya pandangan manusia. Allah melihat segala sesuatu yang terjadi baik yang tersembunyi maupun yang tampak. Oleh sebab itu, kalian sebagai seorang anak muslim harus senantiasa beramal saleh dan menjauhi perbuatan salah karena Allah melihat kalian semua.
Allah SWT berfirman dalam surat Lukman ayat 16.

Artinya:
”Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau dilangit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”  (Lukman : 16)
13.    Kalam
Kalam secara bahasa berarti berfirman. Sebagai bukti dari sifat kalam ini, Allah telah memberikan wahyu kepada Nabi Muhammad berupa Al-Quran. Sebagai anak muslim kita harus meyakini bahwa Allah SWT berbicara melalui kalam-Nya, berupa kitab suci Al-Quran. Oleh sebab itu, kita harus rajin membaca, memahami dan mengamalkan segala sesuatu yang diwahyukan Allah di dalam Al-Quran.
Firman Allah SWT:

Artinya:
Dan Allah telah berkata kepada Nabi Musa dengan langsung (An-Nisa : 164)

KISAH NABI ISMAIL AS

Kisah Ismail as.
Sebagaiman dijelaskan dalam kisah Nabi Ibrahim, bahwa Ismail merupakan anak Ibrahim dari istri keduanya yang bernama Siti Hajar. Ismail terlahir untuk mengembalikan bangsa Arab dari kesesatannya menyembah berhala.
1.    Siti Hajar dan Ismail kecil
Setelah Ibrahim mendapat anak bernama Ismail dari Istrinya Hajar, kemudian Sarah meminta Ibrahim agar meninggalkannya. Kecemburuannya  membuat dia tidak bisa hidup bersama Hajar. Ibrahim mengabulkan keinginannya karena suatu hal yang dikehendaki Allah, maka Allah mewahyukan kepada Ibrahim agar membawa Hajar dan Ismail yang masih menyusu pergi bersama-sama menuju Mekah. Dengan bimbingan Allah mereka tiba di suatu tempat yang kemudian akan dibangun Kabah. Ibrahim menurunkan Hajar dan anaknya di tempat yang tandus dan tidak ada air, kemudian meninggalkan keduanya.
Hajar mengikutinya dengan sedih dan berkata, “Ke manakah engkau pergi? Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?” Ibrahim menjawab, “Ya!” Hajar berkata, “Kalau begitu Allah tidak akan menyia-siakan kami!” Lalu, Ibrahim berdoa seperti yang disebutkan dalam QS. Ibrahim ayat 37, yang artinya:
Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rejekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim 14 : 37)
Hajar mematuhi perintah Allah dengan sabar. Ia makan dari bekalnya dan minum dari air yang ditinggalkan oleh Ibrahim. Namun, setelah perbekalan mereka habis, ia dan putranya merasa kehausan. Hajar terus memandang putranya yang kehausan, sehingga ia tidak tahan menyaksikan pemandangan yang menyedihkan ini. Siti Hajar mondar-mandir mencari air dari bukit Shafa sampai ke bukit Marwah (tempat tersebut sekarang dijadikan tempat sa’i oleh para jemaah haji). Dengan seizin Allah, di sebuah tempat kemudian memancarlah air dari dalam tanah yang tidak henti-hentinya. Air tersebut diberi nama air zamzam, dan sampai sekarang masih ada. Dengan mata air tersebut Siti Hajar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat membesarkan anaknya walaupun ditinggalkan suaminya. Ketika Ibrahim kembali, tempat tersebut menjadi sebuah desa yang subur.
Ismail seorang anak yang baik, saleh, serta hormat terhadap orangtuanya. Kedua orangtuanya sangat mencintai dan menyayanginya. Ketika Ismail berusia 7 tahun, keluarga ini diuji keimanannya oleh Allah. Melalui mimpi, Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Ismail anak kesayangannya sebagai bukti ketaatan mereka terhadap Allah.
2.    Perintah untuk Menyembelih Ismail
Ibrahim kemudian memberitahukan mimpinya tersebut kepada Ismail. Sebagai anak yang saleh, Ismail paham bahwa ini merupakan perintah Allah dan ia pun merelakan dirinya untuk disembelih atas nama Allah oleh bapak kandungnya sendiri. Melihat kesalehan anaknya, Ibrahim dan Siti Hajar pun ikhlas menerima ujian ini.
Hingga pada waktunya, mereka menuju suatu bukit untuk melaksanakan perintah Allah ini. Setelah sampai di bukit, lalu Ismalil direbahkan di atas sebuah batu, dan Ibrahim siap untuk menyembelihnya. Tiba-tiba Ibrahim menerima wahyu dari Allah untuk menghentikan penyembelihan terhadap anaknya dan Ibrahim telah lulus menerima ujian dari Allah SWT. Sebagai gantinya Ismail digantinya dengan seekor domba untuk disembelih.
Demikian gambaran ketaatan Ibrahim dan keluarganya yakni Siti Hajar dan Ismail terhadap perintah Allah. Walaupun perintah tersebut berat, namun apabila itu datangnya dari Allah maka mereka akan melaksanakannya. Dan Allah pun menunjukkan kekuasaannya bagi orang yang beriman, sehingga Ismail tidak jadi disembelih.
Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah perintah kurban bagi setiap umat Islam. Kurban dilaksanakan satu tahun sekali dengan menyembelih sapi, unta atau kambing yang dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha (tanggal 10 Dzulhijjah) dan pada Hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
Sebagaimana manusia lainnya, setelah dewasa Ismail pun berumah tangga. Pada awalnya ia menikah dengan seorang wanita Jurhum, namun karena akhlaknya yang kurang baik, maka atas anjuran ayahnya yang menyamar, Ismail menceraikan istrinya tersebut. Kemudian dia menikah lagi dengan dengan wanita Jurhum lainnya, wanita ini mempunyai akhlak yang baik. Dari wanita salehah ini, Ismail mendapatkan keturunan yang banyak dan saleh, sehingga mereka menjadi pemimpin yang baik.
3.    Perintah Membangun Kabah
Pada suatu waktu, Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk membangun Kabah di Kota Mekah. Ibrahim kemudian mengajak anaknya untuk melaksanakan perintah Allah tersebut. Lalu, keduanya membangun Kabah yang nantinya akan dipergunakan untuk ibadah oleh umat manusia. Allah berpesan kepada Ibrahim dan Ismail agar membersihkan Kabah dari segala kemaksiatan.
4.    Keteladanan dari Kisah Nabi Ismail as.
Dari kisah singkat perjalan Nabi Ibrahim, kita dapat menarik beberapa pelajaran yang dapat kita jadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya sebagai berikut.
1.    Ketaatan terhadap perintah Allah.
2.    Kerelaan Nabi Ismail untuk disembelih ayahnya.
3.    Keputusan Nabi Ismail untuk menceraikan istrinya yang bertabiat kurang baik setelah mendapat pesan dari ayahnya.
4.    Kesungguhan Nabi Ismail membantu ayahnya dalam membangun Kabah.

KISAH IBRAHIM AS

Kisah Ibrahim as.
Pada zaman dahulu di daerah Babilonia (sekarang Negara Irak) ada sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang raja zalim yang bernama Namrud. Dia mengaku dirinya sebagai Tuhan, sehingga rakyatnya diharuskan menyembah berhala dan dirinya. Karena merasa takut, rakyatpun melakukan apa yang diperintah oleh sang raja. Apabila membantah maka akan disiksa bahkan dibunuh.
Sampai suatu saat Allah mengutus seorang Nabi, yaitu Ibrahim. Nabi Ibrahim merupakan putra seorang pembuat patung dan arca, yaitu Azar. Semenjak kecil Ibrahim sudah memiliki sikap yang baik dan mempunyai kecerdasan berfikir yang luar biasa. Ketika masyarakat menyembah berhala yang berupa patung-patung dan arca yang dibuat oleh bapaknya, Ibrahim berpikir, mengapa manusia harus menyembah patung atau arca, padahal benda itu tidak bisa mendengar dan juga tidak bisa melihat. Tidak pantas seorang Tuhan itu buta dan tuli. Pasti ada yang lebih sempurna dan berkuasa, yang mampu menghidupkan serta mematikan makhluknya.
1.    Ibrahim Mencari Tuhan
Ibrahim merasa penasaran tentang siapa Tuhan yang sebenarnya. Siang dan malam ia mencari Tuhannya dengan menggunakan akalnya, tetapi ia tidak menemukan tuhan pada benda-benda alam yang ada. Akhirnya Ibrahim dapat menyimpulkan bahwa Tuhan itu adalah pencipta alam semesta ini.    
Demikian Ibrahim mencari Tuhan.  Setelah ia yakin, kemudian ia mulai melakukan dakwahnya menyiarkan Agama Allah, dengan cara mengajak masyarakat agar tidak menyembah berhala tetapi menyembah Tuhan yang telah menciptakannya.
Ajakan Ibrahim tersebut tentu saja membuat raja marah dan membenci Ibrahim. Ayahnya yang seorang pembuat patung, tidak terlepas dari ajakan Ibrahim untuk menghentikan perbuatannya dan meninggalkan menyembah berhala.
2.    Ibrahim Sang Penghancur Berhala
Ibrahim sangat membenci berhala-berhala. Menurutnya berhala hanya sebuah batu yang diukir, tidak memiliki kekuatan sedikitpun, tidak mendengar dan tuli sehingga tidak pantas untuk disembah.
Sampai suatu ketika, Raja Namrud beserta kaumnya mengadakan upacara agama ke luar kampung, sehingga kampungnya menjadi kosong. Pada saat itu Ibrahim pergi ke tempat berhala dan menghancurkan berhala-berhala tersebut yang berjumlah 73 buah satu per satu. Hanya satu berhala terbesar yang dia sisakan. Kapak yang digunakan untuk menghancurkan patung-patung tersebut ia kalungkan pada leher berhala yang paling besar, kemudian dia pergi.
Ketika pulang dari upacara, mereka langsung menuju rumah tempat menyimpan berhala-berhala tersebut. Mereka terkejut melihat Tuhan mereka hancur berantakan, dan hanya satu berhala yang masih utuh. Mereka langsung menduga bahwa Ibrahim adalah pelakunya. Sebab, selama ini hanya dia yang tidak menyembah berhala.
Raja kemudian memanggil Ibrahim dan bertanya, “Wahai Ibrahim, apakah engkau yang menghancurkan patung-patung sesembahan kami?” Ibrahim menjawab, “Mengapa engkau menanyakan kepada saya? Tanyakan saja pada patung yang besar ini, bukankah kapaknya terdapat pada patung ini?” Raja Namrud tambah marah, kemudian berkata, “Tidak mungkin aku bertanya pada patung ini, sebab dia tidak bisa berbicara dan tidak bisa berbuat apa-apa!” Ibrahim berkata lagi, “Kalau patung ini tidak bisa berbuat apa-apa, mengapa kau sembah?”
Orang-orang yang ada di sekitar mereka berpikir, memang benar apa yang dikatakan Ibrahim. Mengapa patung yang tidak bisa berbicara dan tidak bisa berbuat apa-apa mereka sembah? Bukankah Tuhan itu harus lebih sempurna dari pada manusia?
Namrud yang sangat marah dan tersinggung dengan jawaban Ibrahim, kemudian memerintahkan kepada anak buahnya agar membakar Ibrahim hidup-hidup.
Kemudian rakyat di negeri itu mengumpulkan kayu bakar sampai bertumpuk sebesar gunung. Setelah siap, mereka menyiapkan alat semacam meriam untuk melemparkan Ibrahim ke dalam tumpukan api. Ibrahim tetap pada keyakinannya bahwa Tuhannya adalah dzat yang menciptakan alam semesta. Ia memohon kepada Allah agar dia diselamatkan dari segala macam upaya yang dilakukuan oleh Namrud. Setelah semua siap, api dibakar dan Ibrahim dilemparkan ke tengah-tengah kobaran api. Lalu, Allah dengan kekuasaannya memerintahkan terhadap api supaya dingin.

Artinya:
“Hai api! Hendaklah dingin dan selamatkan Ibrahim!”
Maka selamatlah Ibrahim dari api itu. Ia tidak terbakar sedikitpun dan tidak merasa panas, bahkan ia merasa dingin. Setelah api padam, keluarlah Ibrahim dan orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu merasa sangat heran. Peristiwa tersebut menyebabkan banyak orang mulai mengikuti ajaran yang dibawa Ibrahim. Mendengar berita tersebut, kemudian Namrud mengusir Ibrahim dari negeri itu. Lalu, Ibrahim pergi ke kota Syam (Kan’an) atau sekarang Palestina. Di tempat ini beliau berumah tangga dan menyebarkan agamanya.
3.    Istri dan Anak Ibrahim as.
Pada awalnya Ibrahim menikah dengan seorang istri bernama Siti Sarah. Namun, pasangan ini tidak mendapatklan keturunan (anak). Kemudian Ibrahim menikah lagi dengan seorang wanita bernama Siti Hajar. Dari istri yang kedua ini beliau mendapatkan seorang anak yang bernama Ismail, yang kemudian menjadi nabi. Setelah sekian lama, barulah Siti Sarah (istri pertamanya) mempunyai anak, yaitu Ishak. Dari Nabi Ishak ini yang kemudian menurunkan beberapa orang nabi seperti Nabi Yakub as., dan terus menurunkan keturunan-keturunan nabi lainnya. Karena para nabi dan rasul semuanya keturunan Nabi Ibrahim, maka Ibrahim dikenal dengan Abul Anbiya atau bapaknya para nabi.
4.    Keteladanan dari Kisah Nabi Ibrahim as.
Dari kisah singkat perjalan Nabi Ibrahim, kita dapat menarik beberapa pelajaran yang dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
1.    menggunakan akal sehat untuk mencari kebenaran;
2.    keberaniannya untuk menghancurkan menegakkan kebenaran;
3.    kesabaran yang luar biasa karena perintah dari Allah untuk meninggalkan istrinya di padang yang sangat panas dan tandus dan tidak ada air;
4.    keikhlasan Nabi Ibrahim dan istrinya untuk menyembelih putranya sendiri karena diperintah oleh Allah;
5.    Ketaatan Nabi Ibrahim terhadap Allah untuk membangun Kabah.
1.    Di negara manakah Ibrahim dilahirkan?
2.    Mengapa Nabi Ibrahim tidak menyukai pekerjaan ayahnya?
3.    Di manakah Nabi Ibrahim menyimpan kapak yang dipergunakan untuk menghancurkan berhala?
4.    Mengapa Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud?
5.    Sebutkan mukjizat Nabi Ibrahim yang kamu ketahui!

ADZAN DAN IQAMAH

D.    Azan dan Iqamah
1.    Azan
Azan artinya ajakan atau panggilan. Maksudnya, ajakan atau panggilan untuk mengajak orang lain melakukan shalat. Orang yang mengumandangkan azan disebut muazin. Di dalam sejarah Islam, muazin pertama adalah Bilal.
Apabila telah dikumandangkan suara azan, itu artinya mengajak kita untuk melaksanakan shalat berjamaah di mesjid atau salah satu pertanda telah masuk waktu shalat.
Azan hanya berlaku untuk panggilan shalat wajib yang 5 waktu. Adapun untuk shalat sunat tidak ada azan. Hukum melakukan azan sebelum shalat fardu adalah sunat. Maksudnya, apabila azan itu dilakukan maka berpahala, dan apabila tidak dilakukan maka tidak berdosa.
Jadi, sebelum shalat wajib disunatkan untuk azan terlebih dahulu untuk mengajak shalat kepada orang lain dan menyiarkan syiar Islam kepada masyarakat.
Adapun lafadz azan adalah sebagai berikut:
Lafadz-lafadz azan tersebut dibaca masing-masing dua kali, kecuali pada lafadz terakhir, yaitu , hanya satu kali.
Apabila azan dikumandangkan, orang yang mendengar azan disunatkan untuk mengkuti bacaan azan, kecuali pada lafadz di bawah ini.
Sesudah azan dikumandangkan baik yang melakukan azan atau yang mendengarkan disunatkan untuk berdoa. Doa setelah azan adalah:

Artinya:
“Ya Allah yang memelihara ajakan sempurna ini dan shalat yang didirikan, semoga Allah memberikan derajat yang tinggi dan mulia kepada Nabi Muhammad, dan semoga Allah memberikan kepada beliau (Muhammad) tempat yang agung yang telah Engkau janjikan kepadanya (Muhammad).” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)
2.    Iqamah
Iqamah (qamat) artinya mendirikan. Maksudnya, ajakan agar segera berdiri untuk mendirikan shalat. Jika azan telah selesai dan shalat fardu akan segera dimulai, maka disunatkan untuk mengumandangkan iqamah (qamat).
Adapun lafadz iqamah adalah sebagai berikut.
Iqamat dibacakan pada saat mendirikan shalat wajib saja. Ketika akan mendirikan shalat sunat tidak perlu dibaca.
Setelah iqamat dibacakan maka tidak boleh ada kegiatan lain, kecuali siap-siap untuk mendirikan shalat dengan khusyuk.

SHALAT FARDU

SHALAT FARDU
A.    Ketentuan Shalat
Shalat termasuk ke dalam rukun Islam, yaitu rukun Islam yang ke-2. Shalat merupakan tiang agama, orang yang mengerjakan shalat sama artinya telah menegakkan agama dan orang yang meninggalkannya sama dengan telah merusak agama. Oleh sebab itu, setiap muslim diwajibkan untuk melaksanakan shalat terutama shalat wajib 5 waktu.
Menjalankan shalat memiliki fungsi dalam kehidupan, diantaranya dengan shalat yang benar akan membentuk pribadi yang disiplin, patuh terhadap peraturan yang berlaku, taat kepada orangtua dan guru serta membentuk pribadi siswa yang rendah hati atau tidak sombong. Dengan kata lain, dengan melaksanakan shalat yang baik dan benar akan mencegah dari berbuat durhaka kepada Allah dan kemungkaran.
1.    Pengertian Shalat
Asal makna shalat menurut bahasa arab ialah “doa”. Adapun yang dimaksud di sini ialah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, serta memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.
Firman Allah SWT:

“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut : 45)
Shalat itu ada yang wajib ada pula yang sunat. Shalat wajib adalah shalat yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Kewajiban melaksanakan shalat tersebut adalah 5 kali dalam sehari, yaitu:
a.    shalat subuh terdiri dari 2 rakaat,
b.    shalat zuhur terdiri dari 4 rakaat,
c.    shalat asar terdiri dari 4 rakaat,
d.    shalat magrib terdiri dari 3 rakaat,
e.    shalat isya terdiri dari 4 rakaat.
2.    Rukun Shalat
Di dalam menjalankan ibadah shalat kita diharuskan untuk melakukannya sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah, yaitu dari rukun-rukunnya, dari segi gerakan, bacaan, termasuk keadaan hati ketika shalat. Apabila hal-hal seperti ini tidak diperhatikan, maka shalatnya rusak, batal, serta tidak berpahala di sisi Allah. Oleh sebab itu, kita diwajibkan mempelajari praktek shalat dengan benar. Rasulullah bersabda:

Artinya:
“Shalatlah kalian sebagaimana aku shalat.”
Sebelum menjalankan ibadah shalat, terlebih dahulu badan kita harus bersih dari najis dan hadas, yaitu dengan cara berwudu. Setelah berwudu maka kita bersiap untuk melaksanakan shalat dalam keadaan rapi, menutup aurat serta menghadap kiblat.
Di dalam mengerjakan shalat hendaknya memperhatikan hal-hal yang menjadi rukun shalat. Jika ada salah satu rukun yang tidak dilaksanakan maka shalatnya tidak syah atau batal. Yang termasuk rukun shalat adalah sebagai berikut.
1.    Niat mengerjakan shalat,
2.    Berdiri tegak jika berkuasa,
3.    Takbiratul ihram, sambil membaca Allahu Akbar,
4.    Membaca surat Al-Fatihah,
5.    Ruku dengan tumaninah,
6.    Itidal dengan tumaninah,
7.    Sujud dua kali dengan tumaninah,
8.    Duduk di antara dua sujud dengan tumaninah,
9.    Duduk tasyahud awal,
10.    Duduk tasyahud akhir, dengan cara duduk tawarruk,
11.    Membaca salawat atas Nabi,
12.    Membaca salam yang pertama,
13.    Menertibkan rukun shalat.
B.    Praktek Shalat
Setelah kita mengetahui rukun-rukun shalat, sekarang mari kita belajar melaksanakan shalat sesuai dengan contoh Nabi.
1.    Niat mengerjakan shalat,
2.    Berdiri tegak jika berkuasa,
    Berdiri dengan menghadap kiblat, kedua tangan diturunkan ke samping, mata merunduk ke bawah ke arah tempat sujud,
3.    Takbiratul ihram
    Kedua belah tangan diangkat ke arah telinga dengan jari-jari rapat namun terbuka, sambil membaca;
   
Allahu akbar
Artinya: “Allah Maha Besar”
    Setelah takbir, keadaan tangan sedekap (tangan kanan disimpan di tangan kiri dalam keadaan menggenggam sedikit lebih atas dari pergelangan tangan kiri).
4.    Setelah itu membaca doa iftitah. Dalam membaca iftitah ini ada beberapa doa yang bisa kita baca, yaitu:
   
Artinya:
“Maha suci Engkau ya Allah dengan kemuliaan-Mu, dengan nama-Mu yang penuh berkah dan dengan keagungan-Mu yang Maha Tinggi, tiada Tuhan selain Engkau.” (HR. Muslim)
Atau:

Artinya:
Ya Allah, Engkau telah menjauhlan antara Timur dan Barat, Ya Allah bersihkanlah saya dari kesalahan, sebagaimana kain putih dibersihkan dari segala kotoran. Ya Allah basuhlah kesalahanku dengan air, salju dan embun. (HR. Bukhari Muslim)
Atau:
Artinya:
“Sesungguhnya kuhadapkan wajahku kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan lurus dan berserah diri, dan aku bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, hanya bagi Allah semata, Tuhan seru sekalian alam, tidak ada sekuru bagi-Nya: dan dengan demikian itulah aku perintahkan, dan aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri .... sampai dan saya kembali kepadamu.” (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan Abu Daud)
5.    Membaca surat Al-Fatihah,
    Bacaan surat Al-Fatihah:
6.    Setelah membaca surat Al-Fatihah kemudian membaca ayat-ayat pendek,
7.    Ruku dengan tumaninah,
    Setelah membaca surat, angkat kedua belah tangan sambil membaca ”Allahu akbar”, kemudian ruku (membungkuk, kedua tangan memegang lutut), lalu membaca:
   
Subhaanarabbiyal ‘azhiim
“Maha suci Tuhanku yang Maha Agung”, sebanyak 3x.
8.    Itidal dengan tumaninah,
    Setelah ruku, kita bangkit dan berdiri kembali sambil mengangkat kedua tangan seperti pada takbiratul ihram, sambil membaca:
   
Sami’al laahu liman hamidah
“Semoga Allah berkenan mendengarkan ucapan orang yang memujinya.”
Setelah itu berdiri tegak, kedua tangan kita lepaskan lurus ke bawah sejajar dengan badan, kemudian diikuti dengan membaca:
   
Rabbanaa wa lakal hamdu.
“Wahai Tuhan kami, dan hanya bagi-Mu segala puji.“
9.    Sujud dua kali dengan tumaninah,
    Ketika sujud membaca doa:
   
“Maha suci Tuhanku yang Maha Tinggi dengan memuji kepada-Nya” sebanyak 3x.
10.    Duduk di antara dua sujud dengan tumaninah,
    Setelah sujud kita duduk iftirasy yakni kaki kiri diduduki, sementara kaki kanan berdiri dan jari-jarinya dilipat, sambil membaca:
   
“Ya Tuhan, ampunilah aku, cukupilah kekuranganku, angkatlah derajatku, beri rizkilah aku, beri petunjuklah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah aku.”
    Setelah itu melakukan sujud yang kedua, dengan cara dan bacaan yang sama seperti sujud pertama.
11.    Duduk tasyahud awal,
    Pada rakaat kedua, setelah bangkit dari sujud kedua, lalu duduk tasyahud (tahiyat) awal, dengan cara duduk iftirasy yakni kaki kiri diduduki, sementara kaki kanan berdiri dan jari-jarinya dilipat, sambil membaca:

“Segala kehormatan, keberkatan, rahmat dan kebaikan adalah bagi Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkatan Allah tetap terlimpah atasmu wahai Nabi. Semoga keselamatan tetap bagi kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwasannya Muhammmad adalah utusan-Nya.”
Atau bisa juga membaca:
   
Artinya:
“Segala kehormatan, segala doa dan ucapan yang baik kepunyaan Allah, dan kesejahteraan atasmu wahai Nabi. Semoga keselamatan tetap bagi kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah, dan saya bersaksi bahwasannya Muhammmad adalah utusan-Nya.”
12.    Duduk tasyahud akhir, dengan cara duduk tawarruk yakni kaki kiri tidak lagi diduduki seperti pada tahiyyat awal, tetapi jari jemari kaki kiri muncul di bawah kaki kanan dan kita duduk pada tempat shalat (sajadah), sementara kaki kanan berdiri dan jari-jarinya dilipat.
13.    Membaca shalawat atas Nabi,
    Membaca shalawat ini dilakukan pada waktu duduk tasyahud akhir. Bacaannya sama dengan tasyahud awal, hanya pada tasyahud akhir ini dilengkapi dengan membaca shalawat atas Nabi:
   
“Sebagaimana Engkau telah memberi shalawat atas Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya, dan seluruh alam semesta ini, Engkaulah yang Maha Terpuji dan Maha Mulia.”
14.    Setelah itu, kemudian dilanjutkan dengan membaca doa:
   
Allahumma inni a’uudzubika min ‘adzaabil qobri wamin ‘adzaabil jahannama wamin fitnatil mahya walmamati wamin fitnatil masihid dajjal.
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala siksa kubur dan dari siksa neraka jahanam, serta dari fitnah kehidupan dan dari fitnah tipu daya dajjal.”
15.    Membaca salam yang pertama,
    Setelah tahiyat akhir kemudian salam (kepala menengok ke kanan kemudian ke kiri) sambil membaca:
   
“Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan atas kamu sekalian.”
1.    Hafalkanlah setiap gerakan dan bacaan shalat yang telah kamu pelajari!
2.    Buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang dan praktekkan oleh masing-masing kelompok tata cara shalat subuh, zuhur, asar, magrib, dan isya di depan kelas dengan disaksikan guru dan kelompok lain!
Kegiatan Belajar 3
C.    Hal-Hal yang Membatalkan Shalat
Di dalam mengerjakan shalat hendaknya memperhatikan hal-hal yang membatalkan shalat. Sebab, jika tidak maka kita akan rugi, dan shalat yang telah dilaksanakan menjadi sia-sia.
Ada tiga hal yang membatalkan shalat, yaitu sebagai berikut.
1.    Tertinggal syarat shalat, misalnya;
a.    tidak berwudu,
b.    belum masuk waktu shalat,
c.    terbuka aurat,
d.    tidak menghadap kiblat, dan sebagainya.
2.    Tertinggal rukun shalat, misalnya;
a.    tidak berniat,
b.    tidak takbiratul ihram, dan lain-lain.
3.    Hal-hal lain
    Ada hal lain yang membatalkan shalat, yaitu;
a.    berkata-kata, bercakap-cakap, berbisik-bisik,
b.    batal wudu,
c.    sengaja bergerak selain gerakan shalat,
d.    makan dan minum,
e.    mengambil atau membuang sesuatu yang membatalkan wudu juga membatalkan shalat.

Puasa Ramadhan dan Puasa Sunah

PUASA RAMADHAN DAN PUASA SUNAH
A.    Puasa Ramadan
Puasa merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Dalam agama Islam puasa disebut juga dengan saum. Puasa termasuk ibadah yang bersifat badaniyah seperti ibadah shalat.
Berpuasa sangat banyak manfaatnya dan memiliki keutamaan bagi yang menjalankannya. Selain itu, puasa memiliki dampak sosial yang sangat luas, terutama puasa yang dilakukan pada bulan suci Ramadan.
Apakah yang dimaksud dengan puasa Ramadan?
Puasa Ramadan adalah puasa yang diwajibkan kepada setiap muslim (laki-laki dan perempuan) pada bulan Ramadan selama satu bulan penuh (29 hari atau 30 hari). Puasa Ramadan mulai diwajibkan kepada umat Islam pada tahun ke-2 Hijrah Nabi saw. Tepatnya hari Senin tanggal 2 Syaban setelah dua tahun Nabi Muhammad saw. melakukan hijrah ke Madinah. Sejak itulah umat Islam melaksanakan puasa pada bulan Ramadan.
Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan juga diwajibkan oleh Allah kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad saw.
Firman Allah SWT:






Artinya:    ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”    (QS. Al-Baqarah : 183)
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman:




Artinya:    “Bulan Ramadan yaitu bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil), maka barangsiapa yang berada di tempat tinggalnya pada bulan itu, hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah : 185)
Adapun hadis nabi yang menyatakan bahwa puasa Ramadan hukumnya wajib adalah sebagai berikut.













Artinya:    “Islam didirikan atas lima dasar, yaitu mengaku bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadan, dan naik haji ke Baitullah.” (HR. Bukhari Muslim dan Ahmad)
Berdasarkan pada ayat Al-Qur'an dan hadis nabi di atas, dijelaskan bahwa berpuasa pada bulan Ramadan hukumnya adalah wajib bagi setiap individu muslim. Oleh sebab itu, orang yang dengan sengaja tidak berpuasa pada bulan Ramadan, maka ia berdosa. Bahkan, sebagian berpendapat bahwa bagi orang yang dengan sengaja tidak berpuasa pada bulan Ramadan, maka ia dinyatakan  kafir atau murtad.
Berpuasa pada bulan Ramadan dikatakan sah apabila terpenuhi syarat dan rukun puasa itu sendiri. Adapun, syarat-syarat bagi orang yang melaksanakan puasa Ramadan adalah:
1.    beragama Islam,
2.    balig atau sampai umur,
3.    berakal (tidak gila dan tidak dalam keadaan mabuk),
4.    suci dari haid dan nifas bagi perempuan,
5.    mukim (berada di tempat tinggal sendiri) bukan dalam keadaan musafir (berada dalam perjalanan), dan
6.    mampu untuk berpuasa (bagi orang yang sedang sakit atau orang yang lemah fisiknya tidak diwajibkan berpuasa).
Jika syarat-syarat di atas terpenuhi maka seseorang wajib menjalankan puasa  pada bulan Ramadan. Kalau tidak, maka ia termasuk orang yang durhaka (berdosa).
Adapun yang menjadi ketentuan-ketentuan berpuasa pada bulan Ramadan  adalah sebagai berikut.
1.    Berniat                                                Niat berpuasa pada bulan Ramadan harus dilakukan pada malam hari atau sebelum terbit fajar (sesudah makan sahur) dan tidak boleh berniat berpuasa wajib pada bulan Ramadan setelah siang hari. Niat berpuasa ini harus disesuaikan dengan puasa yang akan kita kerjakan.
Sabda Nabi saw:




Artinya:    “Barangsiapa yang tidak menetapkan (niat) di hatinya sebelum fajar bagi orang yang hendak berpuasa pada esok harinya, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Daud)
2.    Menahan diri dari melakukan makan dan minum serta menahan diri dari semua perbuatan yang dapat membatalkan puasa, mulai saat terbit fajar hingga datangnya waktu magrib (berbuka puasa). Adapun yang dapat membatalkan puasa di antaranya adalah melakukan makan, minum, berjima pada siang hari serta melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama Islam.
Selain ketentuan-ketentuan di atas, pada puasa bulan Ramadan disunahkan untuk melaksanakan makan sahur sebelum terbit fajar atau pada malam harinya.
Yang dimaksud dengan makan sahur adalah makan pada malam hari di bulan Ramadan sebelum terbit fajar bagi orang-orang yang akan menjalankan ibadah puasa. Makan sahur ini sebaiknya dilaksanakan menjelang waktu shalat subuh sekitar pukul 03.30-04.00 dini hari.
Makan sahur ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. bagi mereka yang akan menjalankan puasa keesokan harinya dan hukumnya adalah sunah. Makan sahur ini berguna untuk menjaga agar tubuh kita tetap kuat pada waktu siang hari. Selain itu, makan sahur tersebut mengandung banyak berkah bagi yang melakukannya.
Nabi saw. bersabda:



Artinya:    “Bersahurlah kamu sekalian, karena sesungguhnya di dalam bersahur tersebut terdapat berkah.” (HR. Bukhari)
Jadi, ketika kita menjalankan puasa pada bulan Ramadan janganlah meninggalkan makan sahur karena di dalam makan sahur tersebut terdapat banyak kebaikan bagi siapa saja yang menjalankannya.
Selain itu, bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa wajib pada bulan Ramadan disunahkan untuk menyegerakan berbuka puasa jika sudah tiba saatnya untuk berbuka puasa. Berbuka puasa ini lebih baik didahulukan daripada melaksanakan ibadah shalat magrib. Selain itu, jangan sampai terlewatkan untuk berdoa terlebih dahulu ketika berbuka puasa.
Doa berbuka puasa yang biasa dibacakan oleh Nabi Muhammad saw. adalah:



Artinya:    “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa dan kepada Engkaulah aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka puasa.”
Adapun, amalan-amalan lain yang disunahkan bagi orang yang sedang menjalankan puasa pada bulan Ramadan di antaranya adalah:
1.    segera berbuka jika waktunya telah datang.
2.    disunahkan berbuka puasa dengan yang manis seperti kurma atau makanan yang lainnya. Hal ini yang biasa disebut dengan takjil.
3.    melakukan makan sahur pada malam harinya.
4.    mengakhirkan makan sahur menjelang shalat subuh.
5.    meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak berguna dan perbuatan yang dapat mengurangi kesempurnaan dan pahala berpuasa.
6.    memperbanyak perbuatan-perbuatan kebajikan, seperti membaca Al-Qur'an, banyak melaksanakan shalat sunat tarawih, berzikir, bersedekah, dan  sebagainya.
7.    sebelum berbuka puasa hendaklah berdoa terlebih dahulu.
8.    memberikan makanan dan minuman bagi orang-orang yang akan berbuka puasa.
9.    beriktikaf di mesjid, dan sebagainya.
1.    Apakah kalian sudah terbiasa menjalankan puasa pada bulan Ramadan?
2.    Bagaimana pengalaman kalian ketika menjalani puasa wajib bulan Ramadan?
3.    Pernahkah kalian tidak berpuasa pada bulan Ramadan? Kenapa?
4.    Kalian sedang menjalankan puasa Ramadan, kemudian datang seorang teman mengajak kalian pergi bermain. Ketika bermain, teman kalian tersebut merasa haus dan membeli minuman. Satu untuknya dan yang satunya lagi diberikan kepada kalian. Bagaimana sikap kalian dengan perbuatan tersebut?
5.    Pada bulan Ramadan, Rudi dan teman-temannya pergi memancing di sungai. Ketika sedang asyik memancing, tidak sengaja teman Andi menemukan buah jambu. Lalu, buah tersebut diambil dan dimakannya. Bagaimana seharusnya sikap Andi melihat perbuatan temannya tersebut?
B.    Puasa Sunah Senin Kamis
Puasa yang disyariatkan di dalam ajaran Islam ada yang hukumnya wajib (seperti perintah berpuasa pada bulan Ramadan) dan ada pula yang hukumnya sunah seperti berpuasa pada hari Senin dan Kamis.
Apa yang dimaksud dengan puasa Senin Kamis?
Puasa Senin Kamis adalah puasa sunah yang dilaksanakan pada hari Senin dan Kamis. Hukumnya adalah sunah. Kita sebagai orang yang beriman disarankan untuk selalu melaksanakan puasa Senin Kamis tersebut. Hal ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad saw. yang diterima dari Aisyah dan diriwayatkan oleh Imam An-Nasai, yang berbunyi sebagai berikut.

Artinya:    “Telah berkata Aisyah, bahwa Rasulullah saw. biasa mementingkan  berpuasa setiap hari Senin dan Kamis.” (HR. An-Nasai)
Hadis lain menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda yang artinya sebagai berikut.
“Amal perbuatan itu diperiksa setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang diperiksa amal perbuatanku sedangkan saya sedang berpuasa.” (HR. At-Thirmidzi)
Praktek melaksanakan puasa Senin Kamis sama halnya dengan berpuasa pada bulan Ramadan. Begitu juga yang menjadi syarat dan rukunnya. Yang membedakannya adalah niat dan waktu pelaksanaannya.
Syarat-syarat berpuasa Senin Kamis adalah:
1.    beragama Islam,
2.    balig atau sampai umur,
3.    berakal (tidak gila dan tidak dalam keadaan mabuk),
4.    suci dari haid dan nifas bagi perempuan,
5.    mukim (berada di tempat tinggal sendiri) bukan dalam keadaan musafir
    (berada dalam perjalanan), dan
6.    mampu untuk berpuasa (bagi orang yang sedang sakit atau orang yang lemah fisiknya tidak diwajibkan berpuasa).
Adapun, yang menjadi rukun puasa Senin dan Kamis adalah:
1.    berniat. Niat berpuasa pada hari Senin dan Kamis harus dilakukan pada malam hari atau sebelum terbit fajar dan boleh berniat untuk berpuasa setelah siang hari. Selama belum melakukan makan dan minum apa-apa maka puasanya sah.
2.    menahan diri dari melakukan makan dan minum serta menahan diri dari semua perbuatan yang dapat membatalkan puasa, mulai terbit fajar hingga datangnya waktu magrib (berbuka puasa).
Oleh sebab itu, kita sebagai orang yang beriman harus selalu berusaha untuk  bisa menjalankan puasa sunah pada hari Senin dan Kamis sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad saw.
Apakah kalian pernah atau selalu melaksanakan puasa sunah Senin Kamis tersebut?
Bagi mereka yang melaksanakan puasa (baik puasa wajib pada bulan Ramadan maupun puasa sunah Senin Kamis) terkandung banyak hikmah baginya. Di antara hikmah-hikmah tersebut adalah:
1.    menjadikan seseorang mencapai derajat ketakwaan kepada Allah SWT.
2.    mendidik untuk berdisiplin dan mentaati peraturan.
3.    mendidik untuk selalu bersopan-santun dan kasih sayang terhadap kaum duafa.
4.    menimbulkan kecerdasan berfikir bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa.
5.    menjadikan badan selalu sehat.
6.    melatih hidup untuk selalu sederhana.
7.    melatih untuk biasa menahan hawa nafsu.
8.    merasakan kekurangan, kesengsaraan orang-orang fakir miskin dengan  merasakan lapar dan haus pada waktu berpuasa.
Pernahkah kalian menjalankan puasa Senin dan Kamis?
Bagaimana sikap kalian ketika sedang menjalankan puasa sunah Senin dan Kamis tersebut? Coba kalian jelaskan dan diskusikan dengan teman-teman kalian?
Pengalaman apakah yang kalian dapatkan ketika menjalankan puasa sunah Senin dan Kamis? 

Tolong Menolong dalam Pandangan Islam

Tolong-menolong
Di antara salah satu sifat yang terpuji adalah perbuatan tolong-menolong. Menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan dari kita adalah ibadah dan diperintahkan oleh Allah SWT. Dengan menolong orang lain, suatu ketika jika kita membutuhkan pertolongan orang lain tentulah orang lain akan menolong kita. Oleh sebab itu, ajaran Islam menegaskan bahwa sebagai muslim kita harus senantiasa tolong-menolong dalam berbuat kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan kesalahan. Sebagaimana Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur'an:

Artinya:    “Tolong-menolonglah kamu sekalian dalam urusan kebaikan dan ketakwaan dan janganlanlah kamu sekalian tolong-menolong dalam urusan perbuatan dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah : 2)
Selain tolong-menolong, Islam juga menyuruh umatnya untuk selalu saling berbuat baik antara yang satu dengan yang lain. Sebab, perbuatan baik apapun yang kita kerjakan, itu semua akan kembali kepada kita sendiri.
Firman Allah SWT:
Artinya:    “....Dan berbuat baiklah (kepada manusia) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”     (QS. Al-Qashas : 77)
Nilai pertolongan yang diberikan oleh seorang muslim bukan pada besar kecilnya pertolongan. Akan tetapi keikhlasan kita memberikan pertolongan. Pertolongan yang diberikan kepada seseorang senantiasa harus menjaga agar orang yang ditolong tersebut tidak merasa dihinakan, direndahkan, dan disakiti hatinya.
Dijelaskan bahwa bagi seorang mukmin yang suka menolong terhadap mukmin lainnya, maka Allah SWT akan memberikan pertolongan kepadanya ketika ia membutuhkan. Sebaliknya, bila seorang mukmin tidak suka menolong saudaranya sesama mukmin maka Allah SWT pun akan membiarkan bahkan tidak menyukai orang tersebut.
Perbuatan tolong-menolong sangat besar pengaruhnya (dampaknya) terhadap kehidupan manusia. Di antaranya adalah:
1.    Menumbuhkan serta memupuk ikatan persaudaraan yang kokoh.
2.    Menjaga ikatan persaudaraan yang sudah terjalin.
3.    Menumbuhkan rasa kasih sayang di antara orang yang menolong dan orang yang ditolong.
4.    Memperbanyak persaudaraan dan kekeluargaan.
5.    Terciptanya lingkungan (rumah, keluarga, dan masyarakat) yang tentram dan harmonis.
6.    Menghilangkan rasa permusuhan dan dendam yang pernah tertanam pada diri seseorang.
7.    Disukai dan disayangi oleh sesama manusia.
8.    Orang yang suka tolong-menolong akan selalu dicintai Allah SWT dan kehidupannya akan dipermudah oleh-Nya.
Itulah diantara akibat atau dampak yang bisa ditimbulkan dari perbuautan saling tolong menolong. Oleh sebab itu, sebagai orang yang beriman kita harus selalu  menolong orang lain yang memerlukan pertolongan, baik itu saudara maupun bukan. Suatu saat jika kita membutuhkan pertolongan, maka Allah akan memudahkan datangnya pertolongan kepada kita, siapapun yang menjadi perantaranya.
C.    Contoh Sikap Orang yang Suka Menolong
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat, baik secara perorangan maupun secara kelompok, tentunya kita satu sama lain saling memerlukan pertolongan. Orang kaya membutuhkan pertolongan orang tidak mampu, anak memerlukan pertolongan orang tua dan saudaranya. Di sekolah juga kita membutuhkan pertolongan guru dan teman-teman kita.

Disiplin

A.    Disiplin
Di rumah, di sekolah, dan di masyarakat kita sering mendengar kata disiplin. Apa yang dimaksud dengan disiplin?
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan dan tata tertib. Disiplin di sekolah berarti kita taat terhadap peraturan dan tata tertib sekolah. Disiplin di rumah berarti taat dan patuh terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku di rumah. Disiplin di masyarakat berarti taat dan patuh terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku di masyarakat tersebut.
Orang yang memiliki sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari (baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat) akan berusaha mematuhi dan mentaati serta melaksanakan peraturan atau tata tertib dengan senang hati dan atas kesadaran sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang tentu ingin hidup disiplin dan teratur. Dengan hidup yang teratur dan disiplin, segala sesuatu yang kita kerjakan tentu akan terlaksana dengan baik. Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari, kita harus disiplin dan teratur dalam memanfaatkan waktu. Misalnya, kapan waktu untuk belajar, waktu untuk bermain, waktu untuk beristirahat, waktu untuk makan, waktu untuk beribadah, dan sebagainya.
Perhatikan firman Allah SWT:

Artinya:    “Demi masa (waktu). Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati dengan kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran.” (QS. Al-Ashr : 1-3)
Sebagai contoh, orang yang disiplin pasti akan berusaha bangun pagi dan berangkat sekolah dengan segera supaya tidak terlambat. Bagi orang yang disiplin, terlambat (kesiangan) masuk sekolah akan menyebabkan terganggunya waktu untuk memahami pelajaran, menggangu teman sekelas, dan sebagainya. Oleh sebab itu, sebagai pelajar kita harus disiplin, dengan cara pandai mengatur dan menggunakan waktu. Sebaliknya, orang yang tidak disiplin dengan cara tidak menghargai waktu, berarti dia menyia-siakan waktu. Orang seperti ini termasuk orang yang merugi dan telah tertipu dengan waktu.
Bagaimanakah ciri-ciri orang yang displin?
Adapun ciri-ciri orang yang disiplin di antaranya:
1.    Menghargai Waktu
Ciri orang yang disiplin salah satunya adalah menghargai waktu. Caranya adalah dengan mengatur dan memanfaatkan waktu untuk kegiatan-kegiatan yang baik yang akan dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan tersebut disusun sedemikian rupa dengan teratur sehingga antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya terencana dengan baik. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban selalu berusaha tepat waktu sesuai dengan yang dijadwalkan.
Sebaliknya, orang yang tidak menghargai waktu berarti dia menyia-siakannya. Orang yang demikian termasuk orang yang merugi. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw, yaitu “Dua nikmat yang menyebabkan manusia tertipu yaitu nikmat kesehatan dan waktu yang kosong.” (HR. Bukhari)
2.    Mentaati Peraturan 
Orang yang disiplin senantiasa akan mentaati peraturan yang berlaku. Misalnya, anak sekolah diwajibkan menggunakan seragam yang ditentukan sekolah, melaksanakan tata tertib sekolah, dan mengerjakan kewajiban sebagai seorang siswa. Begitu juga ketika kita berada di rumah. Anak yang disiplin akan selalu mentaati peraturan yang berlaku di rumahnya.
3.    Tidak Menunda suatu Pekerjaan
Orang yang disiplin tidak akan menunda pekerjaan yang menjadi kewajiban dan tanggungjawabnya. Ia akan selalu mengerjakannya dengan tepat waktu. Misalnya seorang siswa, dia akan selalu masuk kelas tepat waktu, mengerjakan tugas sekolah secepatnya tanpa ditunda-tunda, dan sebagainya.
Jadi, seseorang dikatakan disiplin apabila orang tersebut pantang menunda suatu pekerjaan yang menjadi tugasnya. Meskipun pekerjaan tersebut dapat dikerjakan lain waktu, tetapi pada waktu berikutnya kita akan dihadapkan dengan tugas dan pekerjaan yang baru.
Nabi Muhammad saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah sangat mencintai seseorang yang apabila bekerja, maka ia kerjakan dengan sebaik-baiknya.”
Perhatikan contoh kegiatan harian anak yang disiplin di bawah ini!
Berkenaan dengan sifat disiplin tersebut, di bawah ini akan dibahas mengenai disiplin di sekolah dan disiplin di lingkungan keluarga.
a.    Disiplin di sekolah
Sekolah merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai tempat untuk belajar dan mendidik pribadi para siswa. Agar siswa menjadi pribadi yang mampu menjalani kehidupan, menjadi hamba Allah yang selalu mengabdikan diri kepada-Nya, berguna bagi bangsa, negara, dan agamanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah menetapkan aturan-aturan untuk ditaati dan dilaksanakan oleh guru dan murid-murid. Tujuan adanya peraturan tersebut adalah agar tujuan yang mulia itu dapat tercapai dengan baik.
Adapun peraturan di sekolah yang harus ditaati oleh seluruh murid, di antaranya adalah:
1)    Disiplin waktu. Sejak mulai masuk kelas, waktu istirahat, sampai jam keluar sekolah.
2)    Disiplin terhadap jadwal belajar yang telah ditetapkan.
3)    Disiplin terhadap tata tertib sekolah. Misalnya, memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwalnya, mengerjakan piket kelas, dan sebagainya.
4)    Disiplin yang berhubungan dengan guru dan karyawan sekolah.
5)    Dispilin terhadap kewajiban administrasi sekolah. Seperti membayar iuran bulanan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sekolah.
6)    Disiplin ketika berhubungan dengan teman dalam pergaulan, baik antara teman sekelas, teman sekolah maupun teman antarsekolah.
7)    Disiplin berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh sekolah seperti kegiatan intra dan kegiatan ekstakurikuler dan sebagainya.
Apabila aturan-aturan di atas dapat dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan, maka akan tercipta suasana sekolah yang tenang dan tertib. Dengan demikian tujuan dari pendidikan sekolah akan tercapai.
b.    Disiplin dalam kehidupan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang utama dan pertama untuk menanamkan kedisiplinan terhadap anak-anak. Pembinaan di sekolah sebaik apapun akan gagal kalau tidak ada dukungan dari lingkungan keluarga. Hal ini karena kehidupan anak lebih banyak di keluarga dan lingkungannya dibandingkan dengan di lingkungan sekolah.
Keluarga harus menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk membiasakan anak-anaknya berdisiplin. Jangan membiarkan anak-anak menghamburkan waktu dengan perbuatan-perbuatan yang tidak ada manfaatnya. Ini akan merugikan anak dan keluarga itu sendiri.
Adapun disiplin dalam lingkungan keluarga di antaranya adalah:
1)    Membiasakan mengerjakan pekerjaan dengan tepat waktu sesuai dengan  tugas dan kewajibannya masing-masing.
2)    Membiasakan untuk mengurus diri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. Misalnya, menyiapkan buku pelajaran dan seragam sekolah sendiri, membereskan tempat tidur sendiri dan tidak meminta dilayani, baik oleh ibu maupun kakak.
3)    Membiasakan melaksanakan ibadah tepat waktu dan dikerjakan dengan khusyuk. Alangkah baiknya jika dikerjakan dengan berjamaah, baik di rumah maupun di mesjid.
4)    Membiasakan belajar secara teratur di rumah. Mengerjakan tugas sekolah, mengulang pelajaran yang diberikan guru, menyiapkan buku pelajaran untuk esok hari, dan sebagainya.
5)    Membiasakan untuk melaksanakan ajaran Islam yang berhubungan dengan kegiatan atau tingkah laku yang biasa dikerjakan rumah, seperti:
(a)    Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
(b)     Berdoa sebelum dan sesudah makan.
(c)    Membersihkan badan (gosok gigi, mandi, membersihkan kuku dan sebagainya).
(d)    Menyimpan sepatu, sandal, dan barang-barang lainnya pada tempatnya.
(e)    Jika akan bepergian dan ketika pulang hendaklah meminta izin dan mengucapkan salam.
(f)    Bersikap terpuji terhadap orang tua, tamu, dan orang yang lebih tua dari kita.
Dengan menerapkan kedisiplinan dalam lingkungan keluarga yang didasari oleh ajaran agama Islam secara utuh, maka diharapkan akan terwujud kehidupan keluarga yang tentram, rukun, dan penuh kasih sayang.
1.     Buatlah jadwal kegiatan sehari-hari kalian, sejak bangun tidur sampai tidur kembali seperti contoh pada kegiatan belajar 1! Apakah kalian termasuk orang yang disiplin atau tidak?
2.     Ridwan anak yang disiplin. Setelah pulang sekolah dia langsung menuju rumah. Sesampainya di rumah, ibunya sedang sibuk membereskan barang-barang belanjaannya. Ibunya tampak sudah kelelahan karena banyaknya barang belanjaan tersebut. Bagaimana sikap Ridwan melihat hal tersebut? Coba uraikan!

Friday 26 August 2016

KISAH NABI AYUB

Kisah Nabi Ayub As.
Nabi Ayub as. adalah salah seorang Nabi dan Rasul Allah SWT yang wajib diimani oleh setiap muslim. Ia seorang muslim sejati, ahli ibadah yang tekun dan memiliki kesabaran yang tinggi. Nabi Ayub as. dikaruniai harta kekayaan  yang melimpah oleh Allah SWT, dan harta tersebut dipergunakannya untuk menolong orang-orang yang membutuhkannya. Ia juga dikaruniai anak-anak yang saleh yang selalu taat terhadap orang tua dan taat terhadap perintah Allah SWT. Hari-hari yang dilaluinya diisi dengan beribadah, bersujud kepada Allah SWT serta tidak lupa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah SWT kepadanya. Allah SWT dan para malaikat pun memuji atas segala tingkah laku Nabi Ayub tersebut.
    Pujian-pujian terhadap Nabi Ayub as. terdengar oleh Iblis. Mereka merasa tidak senang dan jengkel mendengar pujian terhadap seorang keturunan anak Adam. Iblis tidak rela melihat seorang dari keturunan anak Adam menjadi seorang mukmin yang taat dan tekun beribadah serta melakukan amal saleh sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah SWT.
Kemudian Iblis mendatangi Nabi Ayub untuk membuktikan kebenaran pujian-pujian tersebut. Ternyata memang benar bahwa Nabi Ayub pantas mendapatkannya. Iblis menyaksikan keadaaan Nabi Ayub yang bergelimang harta benda, memiliki keluarga dan anak-anak yang saleh serta hidup penuh kerukunan, ketaatan, dan damai. Nabi Ayub tidak silau oleh harta benda yang melimpah, bahkan semakin taat dan kuat keimanannya terhadap Allah SWT. Siang dan malam Iblis selalu menemui Nabi Ayub yang berada di mihrabnya  melakukan shalat, sujud, dan bersyukur atas segala yang diberikan Allah SWT kepadanya. Mulutnya tidak berhenti berdzikir, bertasbih, dan memuji Allah.  Nabi Ayub ditemuinya sebagai seorang mukmin yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah SWT. Yang lapar diberinya makan, yang telanjang diberinya pakaian, yang bodoh diajarinya, dan yang salah ditegur serta diluruskannya.
Kemudian, Iblis memohon kepada Allah SWT untuk menyesatkan dan  menghancurkan keimanan Nabi Ayub as. Jalan pertama yang ditempuhnya adalah dengan memusnahkan harta benda yang dimiliki oleh Nabi Ayub as.  sehingga ia menjadi seorang yang papa dan miskin. Selain itu, Iblis juga mencerai beraikan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara. Nabi Ayub yang kaya raya akhirnya menjadi orang yang tidak memiliki apa-apa selain hatinya yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan serta kesabaran yang tinggi.
    Kemudian, Iblis menghadap Allah untuk meminta izin meneruskan usahanya memberi cobaan kepada Nabi Ayub as. melalui putra-putranya, dan Allah pun mengizinkannya. Iblis dan pembantu-pembantunya  menuju tempat tinggal putra-putra Nabi Ayub as. Lalu, digoyangkannya tempat tinggal putra-putra Nabi Ayub sampai roboh, hingga menimpa dan menimbun semua penghuninya. Kemudian, Iblis menemui Nabi Ayub dan berkata, "Hai Ayub, sudahkah engkau melihat putra-putramu yang mati tertimbun reruntuhan gedungnya yang roboh akibat gempa bumi? Wahai Ayub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini. Ia tidak melindungimu, dan semua ini sebagai imbalan dari amal salehmu siang dan malam.”
    Mendengar kata-kata Iblis tersebut, menangislah Nabi Ayub seraya berkata, "Allahlah yang memberi, dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut."
Iblis keluar meninggalkan Nabi Ayub dalam keadaan bersujud dan bermunajat. Iblis merasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri, karena telah gagal membujuk dan menghasut Nabi Ayub as. Kemudian, Iblis menghadap Allah kembali dan meminta izin yang ketiga kalinya untuk menggoda keimanan Nabi Ayub dengan cara mengganggu kesehatan fisiknya. Dan, Iblis diizinkan-Nya.
    Kemudian, Iblis memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan  penyakit ke dalam tubuh Nabi Ayub. Dalam waktu sekejap, tubuh Nabi Ayub as. terserang berbagai penyakit sehingga badannya menjadi lemah dan kurus. Wajahnya pucat dan seluruh tubuhnya berbintik-bintik akibat berbagai serangan penyakit kulit. Akhirnya, ia dijauhi oleh orang-orang sekampung dan kawan-kawan dekatnya. Hal ini karena adanya isu bahwa penyakitnya menular kepada orang yang mendekati dan menyentuhnya. Ia menjadi terasing dari pergaulan dan hanya istrinya yang menemani dan melayani segala kebutuhannya tanpa mengeluh terhadap penyakit yang diderita suaminya tersebut.
Iblis memperhatikan Nabi Ayub yang dalam keadaan sudah sangat payah. Akan tetapi, dia tidak meninggalkan kebiasaannya dalam beribadah, berzikir, serta tidak mengeluh terhadap penyakit yang dideritanya. Lisannya tidak henti-henti menyebut nama Allah SWT serta memohon lindungan dan ampunan-Nya. Selanjutnya, Iblis membujuk hati istri Nabi Ayub as. dengan menghembuskan  siasatnya ke telinga istri Nabi Ayub yang nampak sudah bosan dalam merawat Nabi Ayub.
    Dengan rencananya, Iblis mendatangi istri Nabi Ayub dengan menyamar sebagai teman dekat Nabi Ayub. Lalu, Iblis bertanya kepada istri Nabi Ayub, "Apa kabar dan bagaimana keadaan suamimu?" seraya menunjuk ke arah suaminya. Berkata istri Nabi Ayub, "Itulah, dia berbaring di atas dipan sambil kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir kepada Allah. Ia benar-benar sakit parah, mati tidak hidup pun tidak." Kemudian, istri Nabi Ayub mendekati suaminya dan berbisik kepadanya, "Wahai sayangku, sampai kapankah engkau disiksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putra-putramu, sahabat karibmu, dan kawan-kawan dekatmu? Mohonlah kepada Tuhanmu, agar kita dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berkepanjangan ini."
    Nabi Ayub menjawab keluhan istrinya, "Wahai istriku yang kusayang, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa lalu, menangisi anak-anak kita yang sudah mati diambil kembali oleh yang memilikinya. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lamakah kita menikmati hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu? "Delapan puluh tahun", jawab sang istri. Lalu, berapa lamakah kita hidup dalam penderitaan ini? tanya Nabi Ayub. "Tujuh tahun", jawab sang istri. Aku malu,” jawab Nabi Ayub.
    Kemudian, Ayub mengusir istrinya dan tinggal seorang diri dengan penderitaan yang dialaminya sampai Allah SWT menentukan takdirnya. Lalu, ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati, mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Nya. “Wahai Tuhanku, aku telah digoda dan diganggu oleh setan dengan kepayahan, kesusahan serta siksaan, dan Engkau Tuhanku yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Allah menerima doa Nabi Ayub yang telah mencapai puncak kesabaran  dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan  perjuangan melawan hasutan dan bujukan Iblis. Lalu, Allah  menurunkan wahyu kepadanya, “Hantamkanlah kakimu ke tanah! Dari situ akan memancar air dan dengan air itu pula engkau akan sembuh dari semua penyakitmu. Kesehatan dan kekuatan badanmu akan pulih kembali jika air tersebut engkau gunakan  untuk minum dan mandi."
    Dengan seizin Allah, setelah Nabi Ayub melaksanakan petunjuk ilahi tersebut, sembuhlah segala penyakit yang ada pada dirinya. Semua luka yang ada pada kulitnya menjadi kering. Segala kepedihan menjadi hilang, seolah-olah tidak pernah terserang penyakit apa-apa. Ia bahkan nampak lebih sehat dan lebih kuat daripada sebelum ia sakit.
    Adapun istrinya yang diusir, tak lama kemudian datang untuk menjenguk Nabi Ayub. Namun, istrinya hampir tidak mengenalinya karena kondisi Nabi Ayub yang telah pulih. Lalu, ia memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dalam mengembalikan kesehatan suaminya, bahkan lebih baik dari keadaan semula.
    Kisah Nabi Ayub as. ini dipilih oleh Allah sebagai teladan yang baik bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga nama Nabi Ayub disebut sebagai simbol kesabaran. Allah membalas kesabaran dan keteguhan iman Nabi Ayub bukan hanya dengan memulihkan kesehatannya, tetapi dikembalikan pula kebesaran duniawi dan kekayaan harta bendanya dengan berlipat ganda. Juga, dikarunikan pula putra-putra sebanyak yang telah meninggal dalam musibah yang telah ia alami. Demikianlah rahmat Allah dan karunia-Nya kepada Nabi Ayub yang telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan penuh kesabaran, tawakal, dan keimanan terhadap Allah SWT.     

NABI DAN RASUL ALLAH

Nama-nama Rasul Allah SWT
Allah SWT memilih di antara manusia yang bertindak sebagai utusan-Nya. Para utusan Allah disebut Nabi dan Rasul. Semua Nabi dan Rasul memiliki tugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada umat manusia untuk memberikan petunjuk ke jalan yang lurus dan membimbing manusia dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Nabi dan Rasul diutus dengan membawa kebenaran, membawa kabar gembira bagi mereka yang taat, memberikan peringatan, dan sebagainya.
Firman Allah SWT:

Artinya:    “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran, sebagai  pembawa kabar gembira, sebagai pemberi peringatan serta tidak ada satu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.”     (QS. Fathir : 24)
Berapakah jumlah Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah SWT?
Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Allah SWT. Namun, kita sebagai orang yang beriman diwajibkan mengetahui dan mengimani terhadap Rasul Allah yang 25, yaitu:
1.    Adam as.,    11.     Yusuf as.,    21.     Ilyas as.,
2.    Idris as.,    12.  Suaib as.,    22.     Ilyasa as.,
3.    Nuh as.,    13.  Harun as.,    23.     Yahya as.,
4.    Hud as.,    14.     Musa as.,    24.     Isa as.,
5.    Shaleh as.,    15.     Daud as.,    25.     Muhammad saw.
6.    Ibrahim as.,    16.     Zulkifli as.,
7.    Luth as.,    17.     Sulaiman as.,
8.    Ishak as.,    18.     Ayub as.,
9.    Ismail as.,    19.     Yunus as.,
10.    Yakub as.,    20.     Zakaria as.,
Para Nabi dan Rasul Allah tersebut memiliki empat sifat yang wajib dimiliki oleh para Nabi dan Rasul, yaitu:
1.    Sifat shidiq yang artinya jujur.
2.    Sifat amanah yang artinya dapat dipercaya.
3.    Sifat fatonah yang artinya cerdas atau pintar.
4.    Sifat tabligh yang artinya menyampaikan.
Selain empat sifat yang wajib, juga ada empat sifat yang mustahil bagi para Nabi dan Rasul, yaitu:
1.    Al-Kidzib yang artinya berdusta.
2.    Al-Khiyanah yang artinya berkhianat.
3.    Al-Khitman yang artinya menyembunyikan firman Allah.
4.    Al-Baladah yang artinya bodoh.
Selain itu, para Nabi atau Rasul tersebut memiliki satu sifat jaiz, yaitu sifat-sifat kemanusiaan yang tidak mengurangi martabat mereka sebagai Nabi dan Rasul. Seperti makan, minum, sakit, tidur dan sebagainya.
Untuk lebih memahami materi tersebut perhatikanlah tabel di bawah ini!
1.    Diskusikanlah bersama temanmu tentang Nabi dan Rasul yang wajib diketahui oleh setiap orang Islam, beserta sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz yang ada pada setiap Nabi dan Rasul tersebut!
2.    Hafalkan hingga benar-benar hafal, begitu juga dengan sifat-sifat para Nabi dan Rasul yang 25!  
B.    Nama-nama Rasul Ulul Azmi
Dari 25 Nabi dan Rasul yang wajib diketahui, ada yang disebut dengan Nabi dan Rasul ulul azmi.
Apa yang dimaksud dengan ulul azmi tersebut?
Ulul azmi artinya adalah Nabi dan Rasul yang memiliki pendirian yang teguh. Hatinya dan segala cita-citanya ditempuh dengan segala tenaga dan kemampuan yang dimilikinya sehingga cita-cita tersebut dapat tercapai.
Adapun Nabi dan Rasul yang termasuk ke dalam ulul azmi adalah:
1.    Nabi Nuh as.,
2.    Nabi Ibrahim as.,
3.    Nabi Musa as.,
4.    Nabi Isa as., dan
5.    Nabi Muhammad saw.
Kelima Rasul tersebut disebut ulul azmi karena mereka sanggup menghadapi segala rintangan dan tantangan yang besar dan sulit dari orang-orang yang memusuhi mereka. Mereka tetap teguh dan tabah dengan pendiriannya dalam menjalankan tugas kerasulannya sehingga berhasil.
Firman Allah SWT:

Artinya:    “Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar.” (QS. Al-Ahqaf : 35)
Di antara pengorbanan dan perjuangan berat yang dihadapi oleh para Nabi dan Rasul ulul azmi adalah:
a.     Nabi Nuh as. selama ratusan tahun mengajak kaumnya untuk taat kepada Allah SWT tetapi sedikit sekali orang yang mempercayai dan mengikutinya. Sampai anak dan istrinya pun menentang apa yang didakwahkannya. Akan tetapi Nabi Nuh tetap berjuang dan tabah menghadapinya.
b.     Nabi Ibrahim as. mengajak kaumnya untuk menyembah Allah dan mengingatkan serta melarang untuk menyembah berhala-berhala. Akan tetapi kaumnya menentang sehingga Nabi Ibrahim dipanggang dalam api yang membara.
c.     Nabi Musa as. dikejar-kejar oleh Raja Firaun berserta balatentaranya untuk dibunuh ketika mengajak untuk menyembah Allah. Akhirnya Nabi Musa beserta orang-orang yang beriman kepada kerasulannya pergi meninggalkan tanah airnya.
d.     Nabi Isa as. dikejar-kejar untuk dibunuh dengan cara disalib. Akan tetapi, diselamatkan oleh Allah SWT.
e.     Nabi Muhammad saw. dianiaya, diboikot (diasingkan dari pergaulan, tidak diberikan bahan makanan dan lain-lain) dan beliau pun beberapa kali akan dibunuh oleh orang Quraisy yang memusuhinya. Tetapi, Nabi Muhammad saw. tetap tabah. Sampai akhirnya, beliau pergi berhijrah bersama para sahabat dan orang-orang yang beriman meninggalkan Mekah tanah airnya, menuju Madinah untuk meneruskan perjuangannya.
Isilah bagan di bawah ini sesuai dengan yang kalian pelajari!
C.     Perbedaan Nabi dan Rasul
Di atas kita telah mempelajari mengenai Nabi dan Rasul. Sekarang kita akan mempelajari mengenai perbedaan dan persamaan Nabi dan Rasul.
Untuk mengetahui perbedaan antara seorang Nabi dengan seorang Rasul, perhatikanlah pengertian di bawah ini!
Nabi adalah seorang manusia laki-laki yang menerima wahyu dari Allah SWT, tetapi tidak berkewajiban menyampaikan wahyu tersebut kepada orang lain (wahyu tersebut hanya untuk dirinya sendiri).
Rasul adalah seorang manusia laki-laki yang suci dan mulia, yang diberi wahyu oleh Allah SWT dan diwajibkan untuk menyampaikan kepada semua makhluk-Nya terutama kepada manusia dan jin.
Untuk lebih memahami persamaan dan perbedaan Nabi dan Rasul perhatikan tabel di bawah ini!
Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa setiap Rasul pastilah seorang Nabi tapi belum tentu seorang Nabi adalah seorang Rasul.
Ringkasan Materi
1.    Allah SWT memilih di antara manusia yang bertindak sebagai utusan-Nya. Para utusan Allah disebut Nabi dan Rasul. Semua Nabi dan Rasul memiliki tugas yaitu untuk menyampaikan wahyu dari Allah SWT. 
2.    Tidak ada seorang pun yang mengetahui jumlah para Nabi dan Rasul selain Allah SWT. Namun, kita sebagai orang yang beriman diwajibkan mengetahui dan mengimani terhadap Rasul Allah yang 25, yaitu: Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ishak, Ismail, Yakub, Yusuf, Ayub, Suaib, Harun, Musa, Daud, Zulkifli, Sulaiman, Yunus, Zakaria, Ilyas, Ilyasa, Yahya, Isa, Muhammad saw.                                                                                             
3.    Para Nabi dan Rasul Allah tersebut memiliki empat sifat yang wajib dimiliki oleh para Nabi dan Rasul, yaitu: sifat shidiq, sifat amanah, sifat fatonah, dan sifat tabligh. Selain empat sifat yang wajib, ada empat sifat yang mustahil bagi para Nabi dan Rasul, yaitu: Al-kidzib, Al-Khiyanah, Al-Khitman, dan Al-Baladah.
4.    Ulul azmi artinya Nabi dan Rasul yang memiliki pendirian yang teguh. Hatinya dan segala cita-citanya ditempuh dengan segala tenaga dan kemampuan yang dimilikinya sehingga cita-cita tersebut dapat tercapai. Adapun Nabi dan Rasul yang termasuk ke dalam ulul azmi adalah: Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as., Nabi Musa as., Nabi Isa as., dan Nabi Muhammad saw.

ZIKIR DAN DOA SETELAH SALAT

A.    Pengertian dan Kepentingan Zikir dan Doa Sesudah Shalat
Zikir artinya mengingat Allah SWT. Maksudnya puji-pujian dan bacaan-bacaan yang tidak mengandung permintaan, semata-mata hanya mengingat Allah. Di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun kita berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Perhatikan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 152:




Artinya:    "Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku". (QS. Al-Baqarah : 152)
Dalam firman Allah yang lain:



Artinya:     "Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan doamu". (QS. Al-Mukmin : 60)
Berbeda dengan zikir, doa adalah bacaan yang mengandung permintaan kehadirat Allah SWT. Karena itu, antara zikir dan doa tidak dapat dipisahkan.
Islam memerintahkan agar banyak berzikir untuk mengingat Allah. Shalat adalah zikir kepada Allah. Membaca Al-Qur’an, membaca tahlil, tasbih, takbir, dan doa, juga merupakan zikir. Bahkan makan yang didahului dengan membaca Bismillaahir rahmaanir rahiim dan diakhiri dengan membaca Al-Hamdulillaahi rabbil ‘alamiin juga termasuk zikir dan ibadah kepada Allah.
   
1.     Bacaan Zikir dan Doa Sesudah Shalat
Bila sudah selesai mengerjakan shalat-shalat wajib, disunatkan membaca zikir yang dibaca Nabi saw. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadis, yaitu:
"Dari Tsauban ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bila telah berpaling dari shalatnya (menghadap kepada makmum) maka ia membaca istighfar tiga kali. Kemudian ia membaca Allahumma innaka antas salaam wa minkassalamu tabarakta ya zal jalali wal ikram". (HR Muslim)
Setelah selesai mengerjakan shalat wajib (fardu), maka disunatkan membaca:
                                                                
Artinya:    "Aku mohon ampunan kehadirat Allah Yang Maha Mulia". (dibaca tiga kali)

Artinya:    "Ya Allah Engkau Maha Sejahtera, dan dari Engkaulah (datangnya) kesejahteraan, dan kepada-Mulah kesejahteraan itu kembali. Maka hidupkanlah kami ya Tuhan dengan kehidupan yang sejahtera, dan masukkanlah kami ke dalam surga sebagai tempat yang sejahtera. Engkaulah yang memberikan limpahan berkah, ya Tuhan yang mempunyai kemegahan dan kemuliaan". (dibaca satu kali )
Kemudian lanjutkanlah dengan membaca tasbih:
                                                                               
Artinya: "Maha Suci Allah". (dibaca 33 kali)
lalu membaca tahmid:
                                                                                  
Artinya: "Segala puji hanya bagi Allah". (dibaca 33 kali)
dan membaca takbir:
                                                                                     
Artinya: "Allah Maha Besar". (dibaca 33 kali)

Artinya:    "Tidak ada Tuhan melainkan Allah sendiri, tidak ada sekutu-Nya. Dialah yang mempunyai kerajaan, bagi-Nya segala puji dan Dia yang menghidupkan dan Dia yang mematikan dan Ia berkuasa atas segala sesuatu".
Jika keadaan memungkinkan atau cukup waktu, sebelum bacaan di atas ditutup masih ada bacaan zikir lain yang disebut tahlil, yaitu:
                                                                             
Artinya: “Tiada Tuhan selain Allah”.
Pendahuluan bacaan doa: (dibaca sambil mengangkat kedua tangan).
       
Artinya:    "Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Ya Allah semoga rahmat dicurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya".
Doa selanjutnya, misalnya:





       
Artinya:    "Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku dan kasihanilah mereka berdua seperti mereka telah mengasihiku semenjak aku kecil".








Artinya:    Ya, Allah, sesunguhnya aku mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dari hati yang khuyu, akhlak yang lurus, petunjuk yang tegak, amal yang diterima , dan rezeki yang luas, halal, baik serta penuh berkah.












Artinya:    Ya, Allah! kami telah berbuat aniaya terhadap diri kami sendiri, karena itu ya Allah jika tidak dengan limpahan ampunan-Mu dan rahmat-Mu niscaya kami akan menjadi orang sesat. Ya Allah Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan atas diri kami beban berat seagaimana yang pernah Engkau bebankan kepada orang yang terdahulu dari kami. Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan atas diri kami apa yang di luar kesanggupan kami, ampinilah dan limpahkanlah rahmat ampunan terhadap diri kami ya Allah. Tuhan kami, berilah kami pertolongan untuk melawan orang yang tidak suka kepada agama-Mu. 






Artinya:    Ya Allah Tuhan kami janganlah Engkau sesatkan hati kami setelah Engkau memberi petunjuk kepada kami. Berilah kami rahmat. Sesungguhnya Engkau Maha Pemurah.
         
Artinya:    Ya Allah, ampunilah dosa orang muslim laki-laki dan muslim perempuan, orang mukmin laki-laki dan orang mukmin perempuan, yang masih hidup atau telah mati, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
          
Artinya:    Ya Allah ampunilah dosa kami dan tutuplah segala kesalahan kami dan semoga jika kami nanti bersama-sama dengan orang yang baik.


Artinya:    "Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebahagian di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka".
Ringkasan Materi

Pengertian dan Manfaat Silaturahmi

Silaturahmi adalah sambung persaudaraan atau hubungan kekeluargaan. Silaturahmi merupakan bagian dari ajaran Islam yang berasal dari firman Allah SWT:

Artinya:    "Dan orang-orang yang berakal mereka yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturahmi), dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk". (QS. Ar-Rad (13) : 21)
Contoh-Contoh Silaturahmi
Contoh silaturahmi seperti bersalaman, hal ini merupakan bagian dari silaturahmi sekaligus memperkokoh hubungan batin. Dalam hubungan ini Rasulullah saw menegaskan dalam salah satu hadis yang artinya:
        “Tidaklah dua orang muslim yang saling berjumpa lalu bersalaman (kecuali) diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah”. (HR. Muslim)
Bersalaman dengan saling berjabat tangan dari kedua pihak memberi isyarat akan kesungguhan kedua belah pihak untuk menjalin dan memperkokoh sillaturahmi. Bukan hanya tangan yang bersambungan erat, tapi wajah kedua belah pihakpun harus berhadapan. Baik pria dengan pria ataupun wanita dengan wanita. Sebab, bila yang bersalaman hanya tangan saja sedangkan wajahnya berpaling ke arah lain maka bersalaman itu akan terasa hampa. Dalam hubungan inilah Allah mengingatkan dalam firman-Nya:

Artinya:    "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia, dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri". (QS. Lukman (31) : 18)
Ketika silaturahmi dikaitkan dengan suasana Idul Fitri biasanya akan meluncur kata-kata: minal 'aidzin wal faidzin ("Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang kembali kepada fitrahnya yang suci lagi memperoleh keberuntungan").
Kemudian disambut oleh saudaranya: Taqabballaahu minna wa minkum shiyaamana washiyaamakum ("Semoga Allah menerima dari kami dan Anda, ibadah saum kami dan ibadah saum Anda pada setiap tahun, padahal Anda berada dalam keadaan baik").







Contoh lain bersilaturahmi adalah dengan musyawarah atau bertukar pikiran. Musyawarah dilakukan dengan jalan berunding untuk memecahkan masalah yang dihadapi baik dalam ukuran kecil maupun besar. Hal ini dapat mengakibatkan:
1.    Dapat menghindari dari salah paham
2.    Di antara anggota masyarakat merasa ikut bertanggung jawab
3.    Dapat menemukan titik pertemuan yang dikehendaki
4.    Dapat menjaga ketentraman sosial
5.    Dapat saling melengkapi kekurangan, sehingga langkah yang ditempuh lebih mendekati kebenaran
6.    Dapat memupuk rasa solidaritas tinggi dikalangan anggota-anggotanya
Kegiatan Belajar 2
B.     Manfaat Silaturahmi
Dengan bersilaturahmi kita akan mengakrabkan persaudaraan dan terhindar dari perpecahan dan sengketa, sebagaimana firman Allah:

Artinya:    "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu dirahmati Allah". (QS. Al-Hujurat (49) : 10)
Jadi, ayat di atas menjelaskan bahwa persaudaraan sesama Islam akan tercipta manakala semangat kedamaian telah bersemayam di dalam hati mereka. Kedamaian yang berdasarkan takwa kepada Allah. Untuk itulah Allah akan menurunkan rahmat-Nya kepada mereka. Tapi bila semangat kedamaian mereka itu bukan atas dasar takwa kepada Allah, misalnya karena tahta dan harta, maka kedamaian itu tidak akan langgeng dan persaudaraan yang adapun sifatnya hanya semu dan dipaksakan.
Dalam sebuah hadis tentang manfaat silaturahmi, Rasulullah pernah dihadang oleh seorang Badwi yang memegang kendali untanya lalu berkata: "Ya, Rasulullah  beritahukanlah kepadaku apakah yang dapat mendekatkan aku ke surga dan menjauhkan diriku dari api neraka?" Jawab Nabi Muhammad saw: "Menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat serta mengeluarkan zakat dan bersilaturahmi".
Ketahuilah bahwa silaturahmi itu mengandung sepuluh keuntungan:
1.     Mendapat keridaan Allah sebab Allah menyuruh bersilaturahmi,
2.     Menggembirakan mereka karena ada hadis yang mengatakan bahwa seutama-utama amal adalah menyenangkan orang mukmin,
3.     Kegembiraan Malaikat karena Malaikat senang dengan silaturahmi,
4.     Mendapat pujian kaum muslimin,
5 .     Menjengkelkan Iblis,
6.     Menambah umur,
7.     Menjadi berkah rizkinya,
8.     Menyenangkan orang-orang yang telah mati, karena ayah dan nenek-nenek kita senang jika anak cucunya bersilaturahmi,
9.    Memupuk rasa cinta di kalangan keluarga, sehingga saling membantu bila ada yang membutuhkan bantuan,
10.    Bertambahnya pahala jika ia mati, sebab orang selalu ingat kepadanya jika telah mati dan mendoakan karena kebaikannya.

Dalam hadis lain disebutkan tiga macam orang yang akan berada di bawah naungan Allah pada hari kiamat:
1.     Orang yang menyambung hubungan keluarga diberkati umurnya dan dilapangkan kuburnya dan rizkinya.
2.     Wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dan anak-anaknya menjadi yatim, lalu dipeliharanya hingga berhasil (kaya), sampai wanita itu mati.
3.     Orang yang membuat makanan lalu mengundang anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Kegiatan Belajar 3
C.     Sikap Senang Bersilaturahmi
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri tanpa bantuan pihak lain. Padahal kebahagian dan kesejahteraan itu datangnya melalui orang lain. Seseorang merasa bahagia karena mendapat ilmu yang diterima dari orang lain. Seorang merasa sejahtera karena mendapat rizki yang juga diterima dari orang lain. Seorang merasa bahagia karena sembuh dari sakitnya akibat pertolongan orang lain. Karena itulah Rasulullah saw bersabda:





Artinya:    "Barang siapa menginginkan dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah bersilaturahmi". (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menjelaskan apabila seseorang rajin bersilaturahmi ia akan mempunyai banyak hubungan. Orang yang mempunyai banyak hubungan akan lebih mudah dalam bekerja dan berusaha dibandingkan dengan orang yang kurang membina hubungan. Jika dihadapkan pada kesulitan, sedikit banyak akan mendapat bantuan dan pertolongan.   
Silaturahmi akan mengakrabkan persaudaraan atau ukhuwah Islamiyah. Semangat persaudaraan antara umat Islam akan menumbuhkan semangat kebersamaan. Semangat kebersamaan akan melahirkan kekuatan. Sedangkan kekuatan akan mendatangkan kewibawaan. Ini berarti bahwa umat Islam jangan berharap mempunyai kewibawaan atau disegani orang luar Islam bila tidak memiliki kekuatan. Kekuatan itu tidak akan lahir dengan sendirinya tanpa semangat kebersamaan di kalangan umat Islam sendiri. Semangat kebersamaanpun tidak akan tumbuh dengan sendirinya tanpa semangat persaudaraan. Sedangkan persaudaraan di antara umat Islam akan terbina dan terpelihara bila ada silaturahmi.

Thursday 25 August 2016

Meneladani Kesabaran Nabi Muhammad SAWMenghadapi Kaum Kafir Quraisy

Meneladani Kesabaran Nabi Muhammad SAWMenghadapi Kaum Kafir Quraisy
Pada masa masyarakat Islam hidup dalam ketertindasan dan ancaman bahaya yang bisa datang kapan saja, maka gerakan Islam di Mekah pada saat itu:
1.     Melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi,
2.     Menyembunyikan keimanan.
Ketika gerakan Rasulullah saw makin meluas, jumlah pengikutnya bertambah banyak. Seruannya makin tegas dan lantang. Bahkan secara terang-terangan menentang berhala dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang memuja berhala. Orang Quraisy terkejut dan marah. Mereka bangkit menentang dakwah Rasulullah dan dengan berbagai cara berusaha menghalang-halanginya.
Ada lima faktor yang menyebabkan orang Quraisy menentang dakwah Rasulullah, yaitu:
1.     Persaingan pengaruh dan kekuasaan. Mereka belum bisa membedakan kenabian dan kerajaan. Mereka mengira memenuhi seruan Rasulullah berarti tunduk kepada Abdul Muthallib. Hal ini menurut anggapan mereka, akan menyebabkan suku-suku Arab kehialngan pengaruhnya dalam masyarakat.
2.     Persamaan derajat. Rasulullah mengajarkan persamaan derajat di antara umat manusia. Hal ini berlawanan dengan tradisi Arab Jahiliah yang membeda-bedakan derajat manusia berdasarkan kedudukan dan status sosial.
3.     Takut dibangkitkan setelah mati. Gambaran tentang kebangkitan sesudah mati sangat mengerikan di mata pemimpin-pemimpin Quraisy. Oleh sebab itu mereka enggan  memeluk Islam.
4.     Terlampau berat meninggalkan agama nenek moyang. Apalagi ajaran yang diajarkan Rasulullah saw bertolak belakang dengan keyakinan yang mereka anut.
5.     Larangan menyembah patung serta larangan memahat dan memperjualbelikannya merupakan ancaman yang akan mematikan usaha pemahat dan penjual patung.
Adapun dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw dilakukan dengan cara sillaturrahmi mengunjungi rumah satu per satu secara tertutup dan diam-diam. Yang telah masuk Islam diberi pelajaran secara kelompok dan ditempatkan di rumah sahabat yang telah masuk Islam, yaitu Arqam bin Arqam.
Pertimbangan Rasulullah saw melakukan dakwah tidak secara terangan-terangan adalah karena kondisi dan situasi umat Islam masih sedikit dan kurang kuat sehingga khawatir penduduk Mekah memeranginya. Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan Rasulullah saw kurang lebih tiga tahun, sampai akhirnya turun wahyu kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terang-terangan dan terbuka.

Artinya:    "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik". (QS. Al-Hijr (15) : 94)
Dakwah Rasulullah tersebut diketahui oleh orang-orang Quraisy. Tidak sedikit yang simpati dan akhirnya memeluk Islam dan juga banyak yang membenci dan curiga. Termasuk paman Nabi sendiri (Abu Lahab) yang menentang dakwah Rasulullah saw. Abu Lahab pernah berkata kepada Rasulullah saw: "Celaka engkau Muhammad, hanya untuk maksud inikah engkau kumpulkan kami?". Peristiwa ini terjadi ketika Rasulullah saw berdakwah di Bukit Sofa.
Dakwah Rasulullah secara terbuka tersebut berpengaruh besar bukan hanya pada penduduk Mekah, melainkan sampai ke Yastrib dan Madinah. Pengaruh tersebut meluas sampai Jazirah Arab dan Timur Tengah.
Rasulullah menyampaikan dakwah ini bukan dengan kekerasan melainkan dengan cara yang santun, lemah lembut, dan penuh kesabaran. Bahkan orang yang mengolok-oloknyapun diperlakukan dengan cara yang baik dan terpuji. Malaikatpun takjub dengan kesabaran Nabi Muhammad saw. Pada suatu ketika, saat Rasulullah berdakwah di Gunung Thaif, (daerah yang dihimpit oleh Gunung Thaif). Ketika beliau berdakwah orang-orang yang mendengarkannya, melempari beliau dengan kotoran binatang dan batu, hingga kakinya berdarah. Kemudian Malaikat datang kepada Nabi Muhammad dan bertanya: "Wahai Nabi, jika engkau mengizinkan aku, akan kuhimpitkan gunung itu kepada daerah tersebut". Tetapi Nabi Muhammad menolak tawaran Malaikat tersebut. Beliau justru mendoakan mereka dengan doanya: "Ya Allah ampunilah dosa mereka. Jadikanlah anak turunan mereka sebagai orang yang memeluk Islam".
Dalam kisah lain diceritakan:
Pada saat rintangan dan halangan yang begitu berat dari kaum Quraisy, Rasulullah saw diperintahkan untuk  melakukan perjalanan malam dari Masjid Haram di Mekah ke Baitul Maqdis di Palestina. Kemudian beliau dinaikkan menembus langit sampai ke Sidratul Muntaha. Di situlah Nabi menerima syariat kewajiban shalat fardu lima kali sehari semalam. Peristiwa itu dikenal dengan Isra-Mi'raj yang terjadi pada malam 27 Rajab tahun 11 setelah kenabian. Isra dan Mi'raj disamping memperkuat iman dan mengokohkan batin Rasulullah saw (menghadapi ujian berat berkaitan dengan misi risalahnya), juga menjadi batu ujian bagi kaum muslimin apakah mereka mempercayainya atau mengingkarinya. Bagi kaum kafir Quraisy, peristiwa itu menjadi bahan untuk memperolok-olok Rasulullah. Bahkan seorang kafir bertanya kepada Rasulullah: "Wahai Muhammad, jika kamu benar Isra-Mi'raj dari masjid Al-Haram ke masjid Al-Aqsa di Palestina. Atau kamu diangkat oleh Allah, Tuhan-Mu, ke langit ketujuh untuk memerintahkan shalat, coba angkat satu kaki yang kanan, kemudian angkat satu kaki yang kiri!" Rasulullah menjawab: "Nanti saya akan jatuh". Orang kafir Quraisy berkata: "Berarti kamu berdusta. Masa kamu sampai ke Palestina dalam waktu sebentar, sedangkan mengangkat kaki saja kamu jatuh". Kejadian tersebut diceritakan kepada Umar. Umar naik pitam, dan akhirnya orang tersebut dibunuh.
Ada kisah lagi, ketika Rasulullah hendak ke masjid. Orang kafir di atas rumah tingkat tiga suka meludahi Rasulullah jika akan melewati rumahnya. Tetapi Rasulullah dengan sabar mencuci sorbannya. Sampai tiga hari beliau diperlakukan seperti itu. Hingga Umar bin Khattab geram ingin membunuh orang kafir tersebut. Tetapi Rasulullah menahannya supaya bersabar. Ketika hari keempat, beliau siap menunggu untuk diludahi tetapi beliau tidak diludahi oleh orang yang berada di rumah tingkat tersebut. Lalu beliau menyuruh sahabat untuk menyelidiki. Setelah diselidiki, sahabat Nabi bercerita kepada Rasulullah bahwa orang yang suka meludahi itu sakit. Kemudian Rasulullah pergi ke rumahnya mengambil sisa makanan, yang akan dimakan ketika berbuka puasa. Kemudian Rasulullah menengok ke rumah orang kafir yang sakit itu. Saat kedatangan Rasulullah, orang itu gemetar dan malu. Tetapi raut wajah Rasulullah mencerminkan orang yang murah senyum dan ramah.
Rasulullah adalah orang yang pertama menengoknya. Akhirnya orang itu masuk Islam karena keluhuran akhlak Rasulullah.
Itulah gambaran-gambaran kesabaran Rasulullah dalam menghadapi kaum kafir Quraisy. Beliau tak pernah berniat untuk membalas mereka. Tindakan kaum Quraisy terhadap beliau dihadapi dengan penuh kesabaran.

QADHA DAN QADAR

A. Pengertian Qadha dan Qadar
Menurut bahasa, Qadha berarti ketentuan. Secara istilah Qadha adalah ketentuan atau keputusan Allah SWT yang telah berlaku dan menjadi kenyataan tentang segala sesuatu yang menyangkut makhluk-Nya
Qadha telah direncanakan Allah sejak dahulu. Hanya saja manusia tidak dapat mengetahuinya. Sebab, itu adalah urusan Allah. Manusia hanya diperintahkan menerima Qadha dan Qadar-Nya.
Masalah ini menjadi batas-batas wewenang antara manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai khalik. Manusia boleh merencanakan sepenuhnya tetapi harus diingat bahwa Allah-lah yang menentukan.
Semua manusia ingin baik, ingin kaya, dan ingin berhasil semua usahanya. Tetapi kenyataannya, manusia hanya dapat berusaha.   
Adapun Qadar menurut bahasa berarti jangka atau ukuran. Secara istilah Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah yang harus berlaku bagi setiap makhluk. Baik atau buruk semua menurut kehendak Allah. Jadi sebenarnya apa yang akan terjadi di dunia itu telah tersurat dan tercantum di lauhul mahfudz sejak dahulu. Lauhul mahfudz adalah tempat yang dijaga oleh malaikat. Tertulis di sana tentang ajal, rizki, untung dan rugi atas semua makhluk-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah, dalam surat Al-Hadid (57) : 22, yang berbunyi:

Artinya:    "Tiada suatu bencana yang menimpa di bumi dan pada dirimu melainkan sudah tertulis dalam kitab (lauhul mahfudz) dahulu sebelum Kami melaksanakannya".  (QS. Al-Hadid (57) : 22)
Jadi iman kepada Qadha dan Qadar artinya mempercayai dan menyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT sejak zaman dahulu telah memastikan semua ketentuan-ketentuan mengenai apa saja yang harus diwujudkan kepada makhluknya dan melaksanakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut.
Selain sebagai rukun iman yang keenam, mempercayai Qadha dan Qadar sangat besar manfaatnya bagi manusia. Batinnya akan selalu tenang. Ia tidak akan berkeluh-kesah menghadapi segala ketentuan Allah atas dirinya. Ia rela menerima apapun yang telah ditakdirkan Allah. Orang yang seperti itu pada akhirnya akan mendapat limpahan kasih sayang dari Allah SWT.
Kegiatan Belajar 2
B.     Contoh Qadha dan Qadar
Setiap orang wajib menyakini dengan pasti bahwa segala perbuatan, ucapan, dan gerak-geriknya terjadi atas usaha yang ditimbulkan oleh kemauan dan kemampuan yang diciptakan Allah SWT. Ia akan mendapat siksa apabila segala perbuatan, ucapan, gerak-geriknya tidak sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Firman Allah dalam surat Ar-Ra'd ayat 13 yang berbunyi:

Artinya:    "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum, kecuali jika mereka sendiri yang mengubah keadaan sendirinya". (QS Ar-Rad (13) : 11)
Jadi kalau kita bekerja dan berusaha itu bukan karena kita sudah tahu bahwa Qadha dan Qadar Allah telah menentukan kita akan menjadi orang kaya atau menjadi orang berilmu. Begitu juga kalau orang mencuri atau merampok. Itu bukan karena dia sudah tahu bahwa Qadha dan Qadar Allah SWT telah menentukan dia menjadi penjahat.
Oleh sebab itu, keliru kalau orang hanya tinggal diam berpangku tangan sambil berpikiran: "Kalau Allah SWT mentakdirkan saya menjadi orang pintar dan berilmu, pastilah saya menjadi orang pintar, walaupun saya tidak sungguh-sungguh belajar."
Kekeliruan semacam ini sempat menular. Ada sebagian orang yang tidak mau beribadah karena berpendirian semacam ini. Mereka berpendirian, jika Allah SWT mentakdirkan seseorang menjadi penghuni neraka, pasti akan masuk neraka walaupun dia beribadah. Dan sebaliknya, jika Allah mentakdirkan seseorang masuk surga, pasti akan masuk surga walaupun dia tidak beribadah.
Oleh sebab itu, untuk membuktikan berlakunya Qadha dan Qadar Allah SWT atas kehidupan kita, kita perhatikan beberapa contoh kejadian sebagai berikut.
1.     Banyak orang tetap miskin, walaupun dia telah bekerja keras untuk menjadi orang kaya. Hal itu membuktikan bahwa Allah SWT telah mentakdirkan dia menjadi orang miskin.









2.     Ada orang yang tertabrak mobil hingga mati. Kejadian itu menunjukkan bahwa Qadha dan Qadar Allah SWT menentukan bahwa orang itu akan mati karena tertabrak mobil. Walaupun penyebabnya mungkin karena dia menyeberang jalan kurang hati-hati. Tetapi hal itu bukan disengaja dan bukan pilihannya.


  Dengan contoh di atas jelaslah bahwa Qadha dan Qadar Allah SWT itu berlaku atas semua makhluk-Nya, termasuk manusia, makhluk yang berakal. Tapi kita tidak bisa mengetahui apa Qadha dan Qadar Allah SWT atas diri kita, sebelum hal itu terjadi. Oleh sebab itu, kewajiban kita adalah bekerja dan berusaha dengan baik sesuai dengan perintah dan petunjuk-Nya. Tentang nasib apa yang akan dialami oleh kita, itu bukan urusan kita.
Yang pasti adalah kita harus berusaha dengan sebaik-baiknya. Kalau kita ingin berilmu, maka kita harus belajar dengan sungguh-sungguh. Kalau kita ingin hidup selamat dan bahagia kita harus taat dan bertakwa kepada Allah SWT.
Qadha dan Qadar ini dapat dibagi atas dua.
1.     Dari segi keadaannya:
a.    Qadar Azali adalah Qadar yang sudah dapat dibaca sebelumnya seperti: matahari besok pagi akan terbit dari Timur; atau, semua orang pasti akan mati .
b.    Qadar 'Am adalah Qadar yang belum dapat diketahui sebelum terjadi, seperti : kapan dan dimana matinya seseorang.
2.     Dari segi usaha dan ikhtiar manusia (Qadar berdasarkan lauhul mahfudz):
a.    Mubram adalah Qadar yang sudah pasti, tidak dapat diubah manusia.
b.    Muallaq adalah Qadar yang masih digantungkan, masih menanti ikhtiar manusia.
Ringkasan Materi
1.     Qadha adalah ketentuan atau keputusan Allah SWT yang telah berlaku dan menjadi kenyataan tentang segala sesuatu yang menyangkut makhluk-Nya
2.      Qadar adalah ketentuan-ketentuan Allah yang harus berlaku bagi setiap makhluk. Baik atau buruk semua menurut kehendak Allah.
3.     Qadha dan Qadar ini dapat dibagi atas dua.
a.     Dari segi keadaannya:
1)    Qadar Azali adalah Qadar yang sudah dapat dibaca sebelumnya seperti: matahari besok pagi akan terbit dari Timur; atau, semua orang pasti akan mati .
2)    Qadar 'Am adalah Qadar yang belum dapat diketahui sebelum terjadi, seperti : kapan dan dimana matinya seseorang.
b.     Dari segi usaha dan ikhtiar manusia. Qadar berdasarkan lauhul mahfudz ada dua macam, yaitu:
1)    Mubram adalah Qadar yang sudah pasti, tidak dapat diubah manusia.
2)    Muallaq adalah Qadar yang masih digantungkan, masih menanti ikhtiar manusia.