Friday 26 August 2016

KISAH NABI AYUB

Kisah Nabi Ayub As.
Nabi Ayub as. adalah salah seorang Nabi dan Rasul Allah SWT yang wajib diimani oleh setiap muslim. Ia seorang muslim sejati, ahli ibadah yang tekun dan memiliki kesabaran yang tinggi. Nabi Ayub as. dikaruniai harta kekayaan  yang melimpah oleh Allah SWT, dan harta tersebut dipergunakannya untuk menolong orang-orang yang membutuhkannya. Ia juga dikaruniai anak-anak yang saleh yang selalu taat terhadap orang tua dan taat terhadap perintah Allah SWT. Hari-hari yang dilaluinya diisi dengan beribadah, bersujud kepada Allah SWT serta tidak lupa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan Allah SWT kepadanya. Allah SWT dan para malaikat pun memuji atas segala tingkah laku Nabi Ayub tersebut.
    Pujian-pujian terhadap Nabi Ayub as. terdengar oleh Iblis. Mereka merasa tidak senang dan jengkel mendengar pujian terhadap seorang keturunan anak Adam. Iblis tidak rela melihat seorang dari keturunan anak Adam menjadi seorang mukmin yang taat dan tekun beribadah serta melakukan amal saleh sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah SWT.
Kemudian Iblis mendatangi Nabi Ayub untuk membuktikan kebenaran pujian-pujian tersebut. Ternyata memang benar bahwa Nabi Ayub pantas mendapatkannya. Iblis menyaksikan keadaaan Nabi Ayub yang bergelimang harta benda, memiliki keluarga dan anak-anak yang saleh serta hidup penuh kerukunan, ketaatan, dan damai. Nabi Ayub tidak silau oleh harta benda yang melimpah, bahkan semakin taat dan kuat keimanannya terhadap Allah SWT. Siang dan malam Iblis selalu menemui Nabi Ayub yang berada di mihrabnya  melakukan shalat, sujud, dan bersyukur atas segala yang diberikan Allah SWT kepadanya. Mulutnya tidak berhenti berdzikir, bertasbih, dan memuji Allah.  Nabi Ayub ditemuinya sebagai seorang mukmin yang penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah SWT. Yang lapar diberinya makan, yang telanjang diberinya pakaian, yang bodoh diajarinya, dan yang salah ditegur serta diluruskannya.
Kemudian, Iblis memohon kepada Allah SWT untuk menyesatkan dan  menghancurkan keimanan Nabi Ayub as. Jalan pertama yang ditempuhnya adalah dengan memusnahkan harta benda yang dimiliki oleh Nabi Ayub as.  sehingga ia menjadi seorang yang papa dan miskin. Selain itu, Iblis juga mencerai beraikan keluarganya sehingga ia menjadi sebatang kara. Nabi Ayub yang kaya raya akhirnya menjadi orang yang tidak memiliki apa-apa selain hatinya yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan serta kesabaran yang tinggi.
    Kemudian, Iblis menghadap Allah untuk meminta izin meneruskan usahanya memberi cobaan kepada Nabi Ayub as. melalui putra-putranya, dan Allah pun mengizinkannya. Iblis dan pembantu-pembantunya  menuju tempat tinggal putra-putra Nabi Ayub as. Lalu, digoyangkannya tempat tinggal putra-putra Nabi Ayub sampai roboh, hingga menimpa dan menimbun semua penghuninya. Kemudian, Iblis menemui Nabi Ayub dan berkata, "Hai Ayub, sudahkah engkau melihat putra-putramu yang mati tertimbun reruntuhan gedungnya yang roboh akibat gempa bumi? Wahai Ayub, Tuhan tidak menerima ibadahmu selama ini. Ia tidak melindungimu, dan semua ini sebagai imbalan dari amal salehmu siang dan malam.”
    Mendengar kata-kata Iblis tersebut, menangislah Nabi Ayub seraya berkata, "Allahlah yang memberi, dan Dia pulalah yang mengambil kembali. Segala puji bagi-Nya yang Maha Pemberi dan Maha Pencabut."
Iblis keluar meninggalkan Nabi Ayub dalam keadaan bersujud dan bermunajat. Iblis merasa jengkel dan marah kepada dirinya sendiri, karena telah gagal membujuk dan menghasut Nabi Ayub as. Kemudian, Iblis menghadap Allah kembali dan meminta izin yang ketiga kalinya untuk menggoda keimanan Nabi Ayub dengan cara mengganggu kesehatan fisiknya. Dan, Iblis diizinkan-Nya.
    Kemudian, Iblis memerintahkan kepada anak buahnya agar menaburkan  penyakit ke dalam tubuh Nabi Ayub. Dalam waktu sekejap, tubuh Nabi Ayub as. terserang berbagai penyakit sehingga badannya menjadi lemah dan kurus. Wajahnya pucat dan seluruh tubuhnya berbintik-bintik akibat berbagai serangan penyakit kulit. Akhirnya, ia dijauhi oleh orang-orang sekampung dan kawan-kawan dekatnya. Hal ini karena adanya isu bahwa penyakitnya menular kepada orang yang mendekati dan menyentuhnya. Ia menjadi terasing dari pergaulan dan hanya istrinya yang menemani dan melayani segala kebutuhannya tanpa mengeluh terhadap penyakit yang diderita suaminya tersebut.
Iblis memperhatikan Nabi Ayub yang dalam keadaan sudah sangat payah. Akan tetapi, dia tidak meninggalkan kebiasaannya dalam beribadah, berzikir, serta tidak mengeluh terhadap penyakit yang dideritanya. Lisannya tidak henti-henti menyebut nama Allah SWT serta memohon lindungan dan ampunan-Nya. Selanjutnya, Iblis membujuk hati istri Nabi Ayub as. dengan menghembuskan  siasatnya ke telinga istri Nabi Ayub yang nampak sudah bosan dalam merawat Nabi Ayub.
    Dengan rencananya, Iblis mendatangi istri Nabi Ayub dengan menyamar sebagai teman dekat Nabi Ayub. Lalu, Iblis bertanya kepada istri Nabi Ayub, "Apa kabar dan bagaimana keadaan suamimu?" seraya menunjuk ke arah suaminya. Berkata istri Nabi Ayub, "Itulah, dia berbaring di atas dipan sambil kesakitan, namun mulutnya tidak henti-hentinya berzikir kepada Allah. Ia benar-benar sakit parah, mati tidak hidup pun tidak." Kemudian, istri Nabi Ayub mendekati suaminya dan berbisik kepadanya, "Wahai sayangku, sampai kapankah engkau disiksa oleh Tuhanmu ini? Di manakah kekayaanmu, putra-putramu, sahabat karibmu, dan kawan-kawan dekatmu? Mohonlah kepada Tuhanmu, agar kita dibebaskan dari segala penderitaan dan musibah yang berkepanjangan ini."
    Nabi Ayub menjawab keluhan istrinya, "Wahai istriku yang kusayang, engkau menangisi kebahagiaan dan kesejahteraan masa lalu, menangisi anak-anak kita yang sudah mati diambil kembali oleh yang memilikinya. Aku hendak bertanya kepadamu, berapa lamakah kita menikmati hidup yang mewah, makmur dan sejahtera itu? "Delapan puluh tahun", jawab sang istri. Lalu, berapa lamakah kita hidup dalam penderitaan ini? tanya Nabi Ayub. "Tujuh tahun", jawab sang istri. Aku malu,” jawab Nabi Ayub.
    Kemudian, Ayub mengusir istrinya dan tinggal seorang diri dengan penderitaan yang dialaminya sampai Allah SWT menentukan takdirnya. Lalu, ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati, mengharapkan rahmat dan kasih sayang-Nya. “Wahai Tuhanku, aku telah digoda dan diganggu oleh setan dengan kepayahan, kesusahan serta siksaan, dan Engkau Tuhanku yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.” Allah menerima doa Nabi Ayub yang telah mencapai puncak kesabaran  dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan  perjuangan melawan hasutan dan bujukan Iblis. Lalu, Allah  menurunkan wahyu kepadanya, “Hantamkanlah kakimu ke tanah! Dari situ akan memancar air dan dengan air itu pula engkau akan sembuh dari semua penyakitmu. Kesehatan dan kekuatan badanmu akan pulih kembali jika air tersebut engkau gunakan  untuk minum dan mandi."
    Dengan seizin Allah, setelah Nabi Ayub melaksanakan petunjuk ilahi tersebut, sembuhlah segala penyakit yang ada pada dirinya. Semua luka yang ada pada kulitnya menjadi kering. Segala kepedihan menjadi hilang, seolah-olah tidak pernah terserang penyakit apa-apa. Ia bahkan nampak lebih sehat dan lebih kuat daripada sebelum ia sakit.
    Adapun istrinya yang diusir, tak lama kemudian datang untuk menjenguk Nabi Ayub. Namun, istrinya hampir tidak mengenalinya karena kondisi Nabi Ayub yang telah pulih. Lalu, ia memeluk suaminya seraya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dalam mengembalikan kesehatan suaminya, bahkan lebih baik dari keadaan semula.
    Kisah Nabi Ayub as. ini dipilih oleh Allah sebagai teladan yang baik bagi hamba-hamba-Nya dalam hal kesabaran dan keteguhan iman sehingga nama Nabi Ayub disebut sebagai simbol kesabaran. Allah membalas kesabaran dan keteguhan iman Nabi Ayub bukan hanya dengan memulihkan kesehatannya, tetapi dikembalikan pula kebesaran duniawi dan kekayaan harta bendanya dengan berlipat ganda. Juga, dikarunikan pula putra-putra sebanyak yang telah meninggal dalam musibah yang telah ia alami. Demikianlah rahmat Allah dan karunia-Nya kepada Nabi Ayub yang telah berhasil melalui masa ujian yang berat dengan penuh kesabaran, tawakal, dan keimanan terhadap Allah SWT.     

No comments:

Post a Comment