Saturday 27 August 2016

KISAH NABI ISMAIL AS

Kisah Ismail as.
Sebagaiman dijelaskan dalam kisah Nabi Ibrahim, bahwa Ismail merupakan anak Ibrahim dari istri keduanya yang bernama Siti Hajar. Ismail terlahir untuk mengembalikan bangsa Arab dari kesesatannya menyembah berhala.
1.    Siti Hajar dan Ismail kecil
Setelah Ibrahim mendapat anak bernama Ismail dari Istrinya Hajar, kemudian Sarah meminta Ibrahim agar meninggalkannya. Kecemburuannya  membuat dia tidak bisa hidup bersama Hajar. Ibrahim mengabulkan keinginannya karena suatu hal yang dikehendaki Allah, maka Allah mewahyukan kepada Ibrahim agar membawa Hajar dan Ismail yang masih menyusu pergi bersama-sama menuju Mekah. Dengan bimbingan Allah mereka tiba di suatu tempat yang kemudian akan dibangun Kabah. Ibrahim menurunkan Hajar dan anaknya di tempat yang tandus dan tidak ada air, kemudian meninggalkan keduanya.
Hajar mengikutinya dengan sedih dan berkata, “Ke manakah engkau pergi? Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?” Ibrahim menjawab, “Ya!” Hajar berkata, “Kalau begitu Allah tidak akan menyia-siakan kami!” Lalu, Ibrahim berdoa seperti yang disebutkan dalam QS. Ibrahim ayat 37, yang artinya:
Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rejekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim 14 : 37)
Hajar mematuhi perintah Allah dengan sabar. Ia makan dari bekalnya dan minum dari air yang ditinggalkan oleh Ibrahim. Namun, setelah perbekalan mereka habis, ia dan putranya merasa kehausan. Hajar terus memandang putranya yang kehausan, sehingga ia tidak tahan menyaksikan pemandangan yang menyedihkan ini. Siti Hajar mondar-mandir mencari air dari bukit Shafa sampai ke bukit Marwah (tempat tersebut sekarang dijadikan tempat sa’i oleh para jemaah haji). Dengan seizin Allah, di sebuah tempat kemudian memancarlah air dari dalam tanah yang tidak henti-hentinya. Air tersebut diberi nama air zamzam, dan sampai sekarang masih ada. Dengan mata air tersebut Siti Hajar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat membesarkan anaknya walaupun ditinggalkan suaminya. Ketika Ibrahim kembali, tempat tersebut menjadi sebuah desa yang subur.
Ismail seorang anak yang baik, saleh, serta hormat terhadap orangtuanya. Kedua orangtuanya sangat mencintai dan menyayanginya. Ketika Ismail berusia 7 tahun, keluarga ini diuji keimanannya oleh Allah. Melalui mimpi, Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Ismail anak kesayangannya sebagai bukti ketaatan mereka terhadap Allah.
2.    Perintah untuk Menyembelih Ismail
Ibrahim kemudian memberitahukan mimpinya tersebut kepada Ismail. Sebagai anak yang saleh, Ismail paham bahwa ini merupakan perintah Allah dan ia pun merelakan dirinya untuk disembelih atas nama Allah oleh bapak kandungnya sendiri. Melihat kesalehan anaknya, Ibrahim dan Siti Hajar pun ikhlas menerima ujian ini.
Hingga pada waktunya, mereka menuju suatu bukit untuk melaksanakan perintah Allah ini. Setelah sampai di bukit, lalu Ismalil direbahkan di atas sebuah batu, dan Ibrahim siap untuk menyembelihnya. Tiba-tiba Ibrahim menerima wahyu dari Allah untuk menghentikan penyembelihan terhadap anaknya dan Ibrahim telah lulus menerima ujian dari Allah SWT. Sebagai gantinya Ismail digantinya dengan seekor domba untuk disembelih.
Demikian gambaran ketaatan Ibrahim dan keluarganya yakni Siti Hajar dan Ismail terhadap perintah Allah. Walaupun perintah tersebut berat, namun apabila itu datangnya dari Allah maka mereka akan melaksanakannya. Dan Allah pun menunjukkan kekuasaannya bagi orang yang beriman, sehingga Ismail tidak jadi disembelih.
Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah perintah kurban bagi setiap umat Islam. Kurban dilaksanakan satu tahun sekali dengan menyembelih sapi, unta atau kambing yang dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha (tanggal 10 Dzulhijjah) dan pada Hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
Sebagaimana manusia lainnya, setelah dewasa Ismail pun berumah tangga. Pada awalnya ia menikah dengan seorang wanita Jurhum, namun karena akhlaknya yang kurang baik, maka atas anjuran ayahnya yang menyamar, Ismail menceraikan istrinya tersebut. Kemudian dia menikah lagi dengan dengan wanita Jurhum lainnya, wanita ini mempunyai akhlak yang baik. Dari wanita salehah ini, Ismail mendapatkan keturunan yang banyak dan saleh, sehingga mereka menjadi pemimpin yang baik.
3.    Perintah Membangun Kabah
Pada suatu waktu, Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk membangun Kabah di Kota Mekah. Ibrahim kemudian mengajak anaknya untuk melaksanakan perintah Allah tersebut. Lalu, keduanya membangun Kabah yang nantinya akan dipergunakan untuk ibadah oleh umat manusia. Allah berpesan kepada Ibrahim dan Ismail agar membersihkan Kabah dari segala kemaksiatan.
4.    Keteladanan dari Kisah Nabi Ismail as.
Dari kisah singkat perjalan Nabi Ibrahim, kita dapat menarik beberapa pelajaran yang dapat kita jadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya sebagai berikut.
1.    Ketaatan terhadap perintah Allah.
2.    Kerelaan Nabi Ismail untuk disembelih ayahnya.
3.    Keputusan Nabi Ismail untuk menceraikan istrinya yang bertabiat kurang baik setelah mendapat pesan dari ayahnya.
4.    Kesungguhan Nabi Ismail membantu ayahnya dalam membangun Kabah.

No comments:

Post a Comment